Efek samping glutathione dalam suntikan pemutih

Situs City Skin Clinic melaporkan, glutathione pertama kali ditemukan pada 1888 oleh seorang ahli biologi, J. de Rey-Pailhade.

Ilustrasi suntik putih./Foto Leonardo Luz/Pexels.com

Beberapa hari lalu, penyanyi dangdut Sri Cita Rahayu atau yang dikenal sebagai Cita Citata, mengaku mengalami autoimun—kondisi sistem kekebalan tubuh secara keliru justru menyerang tubuh. Anomali kesehatan itu, menurutnya, akibat dahulu sering melakukan suntik vitamin C dan suntik putih. Ia mengatakan, suntik putih dilakukan untuk menunjang penampilannya di layar televisi agar kelihatan putih dan glowing.

Menurut Vinmec Healthcare System, suntikan pemulih kulit pada dasarnya dilakukan dengan memasukkan zat-zat yang memiliki kemampuan menghambat sel pigmen melanosit ke dalam tubuh, sehingga kulit menjadi semakin cerah. Metode kecantikan ini dilakukan banyak orang karena zat pemutih yang masuk ke dalam tubuh lebih cepat dan lebih banyak, sehingga punya efek yang nyata.

Healthwire menyebut, orang-orang di negara-negara Asia—meski tak seluruhnya—ingin mencerahkan warna kulit mereka. Mereka tergila-gila mendapatkan warna kulit yang lebih cerah, namun tidak memikirkan efek yang akan terjadi selanjutnya.

Hermina Hospitals menyebut, dalam suntik putih terdapat zat, seperti asam traneksamat (transamin), glutathione, vitamin C, dan vitamin E.

Situs City Skin Clinic melaporkan, glutathione pertama kali ditemukan pada 1888 oleh seorang ahli biologi, J. de Rey-Pailhade, saat ia sedang mempelajari suatu zat yang berasal dari ragi. Struktur kimianya baru diidentifikasi pada 1921 oleh ilmuwan Frederick Gowland Hopkins.