Es selendang mayang diburu pengunjung Setu Babakan

Es selendang mayang khas Betawi yang kini sudah mulai langka, diburu para pengunjung kawasan wisata Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Salah satu pengunjung, Fitri ditemui saat membeli es selendang mayang di Setu Babakan, Jakarta, Sabtu (16/6), mengaku tidak pernah absen membeli es khas Betawi itu apabila berkunjung ke Setu Babakan.

"Kalau ke sini, pasti beli es selendang mayang, soalnya jarang, cuma nemu di dua tempat saja kalau enggak di sini, di Kota Tua, apalagi di mall, enggak ada, " katanya, dilansir Antara.

Sementara itu, Fitri merasa jarak ke Kota Tua terlalu jauh dan harus berjibaku dengan kemacetan. Itulah yang jadi alasan, ia dan keluarga kecilnya lebih memilih menghabiskan waktu libur Lebaran di Setu Babakan.

"Macet semua, jadi ke sini tiap tahun sama keluarga, orang tua juga, kebetulan saya orang Betawi," katanya.

Salah seorang pembeli lainnya, Rafi mengaku pertama kali berkunjung ke Setu Babakan. Ia bersama saudaranya sengaja memborong es selendang mayang, karena rindu akan cita rasa tradisionalnya itu. Ia mengaku rindu akan rasa segar dan manis asli dari gula aren dicampur dengan santan dan es.

"Terakhir minum itu lima tahun lalu, sudah lama banget. Jadi beli ini rasanya nostalgia, mengingat masa-masa dulu," kata Rafi.

Es selendang mayang terdiri dari lembaran-lembaran yang terbuat dari tepung beras berlapis warna hijau, putih, dan merah, dicampur pacar cina serta diguyur dengan santan dan gula aren, kemudian diberi es batu.

Karena itu, selain menghilangkan dahaga, es selendang mayang juga mengenyangkan, jadi bisa keliling seluruh Kawasan Setu Babakan tanpa khawatir kelaparan.

Rafi yang baru bertama kali berwisata ke Setu Babakan tidak mau melewatkan kesempatan jajan kuliner es selendang mayang, meskipun Ia yang masih muda ini sangat akrab dengan minuman kekinian, seperti es kepal milo dan Thai tea.

Penjual es selendang mayang yang akrab disapa Bang Atip mengaku telah berjualan es khas Betawi itu selama sepuluh tahun. Resepnya pun turun menurun dari keluarga dan saat ini ia dibantu anaknya dalam berjualan.

"Selain memang ini alat pencaharian, saya juga mau melestarikan kekayaan budaya Betawi, ini juga kan kuliner khas Betawi," ujarnya.

Di momentum spesial, seperti Lebaran ini, Atip mendulang keuntungan karena mampu menjual enam tampah, dari hari biasanya hanya satu tampah. Satu tampah berisi antara 50-60 porsi dan satu porsinya dihargai Rp8.000.

"Kalau ramai begini bisa dapat Rp400.000 sehari, kalau hari biasa di bawah itu Rp200.000-an," ungkapnya.

Dia berharap masih bisa mengenalkan kuliner Betawi itu, karena hari-hari ini, es selendang mayang sudah mulai jarang ditemukan di Ibu Kota.

"Kita mau menunjukkan, ini nih makanan khas Betawi, mau bilang kalau kalau ini masih ada," kata Atip yang berbusana khas Betawi, lengkap dengan aksesoris peci serta sarung.