Glamping: Evolusi camping standar kelas atas

Istilah glamping, menurut situs Mews pertama kali diciptakan pada 2005 di Inggris, dan baru ditambahkan ke Kamus Oxford pada 2016.

Ilustrasi glamping./Foto TheSang/Pixabay.com

Varrel Sinaga, 21 tahun, seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Jakarta pernah merasakan sensasi menginap di glamping, yang menurutnya sangat nyaman. Ia mendapatkan pengalaman liburan yang menyenangkan bersama keluarganya. Varrel pernah menginap di sebuah glamping di Bandung, dengan biaya per malam Rp1 juta.

“Untuk fasilitas, ada kasur, kamar mandi dalam, alat mandi, AC portabel, lemari, dan teras depan untuk duduk-duduk,” ujar Varrel kepada Alinea.id, Selasa (16/1). “Mendapatkan sarapan, ada juga beberapa permainan di lingkungan glamping.”

Varrel mengatakan, glamping sangat berbeda dengan berkemah atau camping dari segi fasilitas. Kalau berkemah biasa, katanya, mesti membawa semua peralatan dan melakukan segalanya sendiri.

“Sedangkan glamping fasilitas sudah banyak, kita hanya cukup membawa diri saja. Kurang lebih sama seperti menginap di hotel,” tutur Varrel.

Sementara Alfira Aulia Ahmad, 23 tahun, karyawan swasta di Jakarta, mengeluarkan biaya Rp650.000 untuk menginap di glamping di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Fasilitasnya, menurut Alfira, cukup baik. Namun, toilet masih kurang banyak, sehingga bergantian dengan pengunjung lainnya.