Habibie & Ainun, bukti cinta sejati benar-benar ada

"Jika sampai waktunya istri saya akan tidur untuk selama-lamanya, maka jangan diperlihatkan monitor denyut jantungnya kepada saya."

Presiden ke-3 RI BJ Habibie berziarah ke makam istrinya, Hasri Ainun Habibie di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Rabu (5/6)./ Antara Foto

"Anda sudah operasi istri saya 12 kali dalam 4 minggu dan hasilnya makin memprihatinkan. Apakah jikalau istri saya dioperasi lagi Anda dapat menggaransi keadaan Ainun lebih baik? Jikalau Anda dapat memberi garansi membaik, saya dapat menyetujui istri saya dioperasi lagi untuk ke 13 kalinya," tanya Bacharuddin Jusuf Habibie, di hadapan tim dokter, Dr.Steinbeck, Dr.Bruns, dan Dr.Zwissler yang merawat Ainun.

Saat itu, Jumat 21 Mei 2010 sekitar pukul 11.00 pagi, Habibie tengah menemui ketiga dokter itu untuk membicarakan mengenai keadaan Ainun. Dokter meminta persetujuan Habibie untuk mengoperasi lagi Ainun hari itu juga.   

Setelah mendenger jawaban tim dokter yang menyampaikan kalau mereka tidak dapat memberikan garansi, Habibie hanya bisa pasrah. "Saya serahkan kepada Tuhan. Saya hanya memohon kepada Anda semua untuk tidak memberi beban rasa sakit kepada istri saya," lanjut Habibie, mengambil keputusan.

Mantan presiden ketiga Indonesia itu menyadari, waktu Ainun di dunia tak lama lagi. Emosinya tak terbendung, tangisnya pun pecah di depan para dokter sambil mengatakan, "jika sampai waktunya istri saya akan tidur untuk selama-lamanya, maka jangan diperlihatkan monitor denyut jantungnya kepada saya. Saya takut menjadi histeris sedih. Tolong hindari itu." 

Malam itu, dokter mengizinkannya untuk tidur di kamar Ainun dirawat. Sabtu, 22 Mei 2010 pukul 17.30 waktu Muenchen, Ainun dengan tenang dan damai akhirnya pergi untuk selama-lamanya.