Hindari pola hidup hedonisme sebelum menguras keuanganmu

Kesenangan tersebut bisa didapatkan melalui berbagai cara, seperti menikmati hiburan, memiliki harta, kegiatan seksual, dan sebagainya.

Ilustrasi/Pixabay

Gaya hidup hedonisme umumnya dapat mengarah pada perilaku konsumtif. Pola pikir dan sikap ini melekat dalam sebagian masyarakat kelas menengah yang banyak dilakukan kalangan muda. Penghasilan mereka tak jarang dihabiskan untuk nongkrong di kafe, menikmati jajanan, makan-minum di restoran, hingga jalan-jalan.

Hedonisme berasal dari bahasa Yunani, hedonismeos dengan kata dasar hedone. Kata hedone berarti ‘kesenangan’, sedangkan hedonismeos ialah sebuah cara pandang yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kesenangan sebanyak mungkin. Kesenangan tersebut bisa didapatkan melalui berbagai cara, seperti menikmati hiburan, memiliki harta, kegiatan seksual, dan sebagainya.

Dalam literatur berjudul Hedonism and Happiness in Theory and Practice (2015), Daniel Michael Weijers menguraikan teori hedonistis mencakup dua elemen mendasar, yaitu kesenangan dan rasa sakit. Dalam sudut pandang filsuf hedonistis, setiap kecenderungan hedonisme selalu ditentukan oleh hal-hal bernilai yang ingin dimiliki, selain hal lain yang dihindari orang. Maka selain ingin mendapatkan kesenangan, hedonisme pun sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.

JF Engel, RD Blackwell, dan PW Miniard dalam buku Perilaku Konsumen (1994), mengulas aspek gaya hidup hedonisme meliputi aktivitas, minat, dan opini. Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku konsumtif.

Dengan misi utama memperoleh kesenangan atau kenikmatan hidup, gaya hidup hedonisme tampak dari pola hidup seseorang, seperti tecermin dari kegiatan, minat, dan opininya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.