Hotel Transylvania 3: Sebuah vakansi nan memanjakan mata

Film ini rawan terjegal pada pengulangan cerita dengan lelucon sumir dan itu-itu saja. Untung, Tartakovsky berhasil menyelamatkannya.

Bunda Teresa, biarawati dari Albania yang mashur lantaran kesediaannya merawat para korban kusta, AIDS, dan kaum papa pernah berujar, “Kesepian dan perasaan tidak diinginkan adalah kemiskinan yang paling buruk.” Faktanya, kesepian bisa menyerang siapa saja, tak hanya manusia, tapi juga monster termasuk Dracula. Demikian premis awal yang ditawarkan film “Hotel Transylvania 3” ini.

Usai ‘menjomblo’ selama ratusan tahun sejak istri berpulang, Drac (Adam Sandler) dikoyak-koyak sepi hampir tiap hari. Penyaluran pada pekerjaan di hotel yang ia kelola bersama Mavis (Selena Gomez) dan Johnny (Andy Samberg) suaminya, ternyata hanya eskapisme sesaat. Hatinya tetap kosong. Belakangan, Drac diam-diam mencoba aplikasi Tinder versi monster di gawainya. Namun, rupanya mencari ‘zing’—istilah di dunia monster yang bermakna cinta, umumnya dirasakan sejak pandangan pertama—tak semudah yang dibayangkan.

Membaca gelagat sang ayah, Mavis mengira itu bisa dirampungkan dengan liburan bersama keluarga dan sahabat. Tanpa mengulur waktu, Mavis merencanakan perjalanan khusus monster dengan kapal pesiar mewah. Tujuannya tak main-main, mereka dijadwalkan menjelajahi sejumlah titik menawan dan mendebarkan seperti gunung berapi di dasar laut hingga Atlantis, kota hilang yang misterius.

Rupanya liburan tersebut menjadi berwarna, saat Drac ‘zing’ pada Ericka, kapten kapal pesiar. Ericka belakangan diketahui sebagai cicit musuh bebuyutan Dracula, Abraham Van Helsing. Ericka dengan doktrin permusuhan yang ditanamkan turun-temurun, berupaya membunuh Drac. Sementara kakek buyutnya ingin, semua monster mati, tak hanya Dracula semata.