Kemendikbud akan integrasikan data kebudayaan untuk publik

Kemendikbud hendak mengintegrasikan data kebudayaan yang masih tercecer.

Tari tradisional Bali/Foto (Pixabay).

Data kebudayaan Indonesia identik dengan keberagaman dan nilai historisnya yang tinggi. Kita biasanya dapat menemukan berbagai data kebudayaan di industri GLAM atau Galleries (Galeri), Libraries (Perpustakaan), Archives (Arsip), dan Museums (Museum). 

Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana untuk mengintegrasikan data sejarah dan kebudayaan yang tersebar di banyak tempat itu menjadi satu sistem database.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI Hilmar Farid mengatakan, data kebudayaan masih tersebar di berbagai pemangku kepentingan dan tidak terkonsentrasi.

“Itu sebabnya kita ada rencana untuk membuat sistem pendataan kebudaayaan terpadu sebagai respons dari data yang tersebar itu,” kata Hilmar di webinar bertajuk ‘Data Budaya Terbuka di Indonesia’ pada Jumat (19/6).

Menurut Hilmar, data mengenai kebudayaan cukup penting bagi publik. Ia bercerita, pada kurun ’90-an dirinya kesulitan saat meneliti data tahanan di Boven Digul hingga harus ke perpustakaan Leiden, Belanda dan menghabiskan 3 bulan hanya untuk data yang masih di permukaan.