Para peneliti melakukan eksperimen dengan membandingkan tikus mudah, paruh baya, dan tua.
Pertanyaan “di mana” dalam hal ingatan, punya arti penting. Misalnya, di mana saya menaruh kunci mobil? Di mana saya menyimpan dompet? Di mana saya bertemu pertama kali dengan istri?
Mengingat lokasi memang penting dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya, memori spasial atau kemampuan melacak “di mana” menjadi salah satu fungsi kognitif pertama yang biasanya menurun seiring bertambahnya usia. Gangguan sejak awal bahkan bisa menjadi tanda demensia.
Dalam penelitian yang diterbitkan jurnal Nature Communications baru-baru ini, para peneliti dari Stanford Medicine dan lain-lain berhasil menemukan apa yang sebenarnya terjadi pada otak yang menua ketika memori spasial mulai melemah, sekaligus apakah perubahan itu bisa dicegah.
Para peneliti melakukan eksperimen dengan membandingkan tikus mudah, paruh baya, dan tua. Mereka menemukan, aktivitas di korteks entorhinal medial—bagian otak yang sering disebut “GPS otak”—menjadi kurang stabil dan kurang peka terhadap lingkungan pada tikus yang lebih tua. Tikus dengan gangguan aktivitas paling parah di area otak ini juga menunjukkan kebingungan terbesar dalam tes memori spasial.
“Sebelum penelitian ini, sangat sedikit yang diketahui tentang apa yang benar-benar terjadi pada sistem pemetaan spasial ini saat proses penuaan normal berlangsung,” ujar profesor neurobiologi sekaligus penulis senior studi, Lisa Giocomo, dikutip dari Science Daily.