Menua lebih sehat dengan seni bela diri
Penyanyi Krisdayanti mengundang perhatian publik. Lewat akun Instagram pribadinya, dia mengunggah persiapan mengikuti ajang World Kungfu Championships 2025 di China pada 14-20 Oktober 2025. Mewakili Indonesia, mantan anggota DPR itu berlatih gerakan wushu.
Wushu—terkadang juga disebut kung fu—bukan olahraga bela diri yang baru bagi Krisdayanti. Dalam sebuah wawancara, dia mengaku sudah menekuni bela diri asal China itu secara teratur sejak 2021. Yang membuat decak-kagum warganet, usianya yang sudah 50 tahun, tentu tak bisa lagi dibilang muda untuk menekuni olahraga bela diri ini. Lantas, apakah menua dengan seni bela diri itu baik?
Dalam penelitian yang diterbitkan di Journal of Sport and Health Science pada 2016, para peneliti dari Shanghai University of Sport menyebut, wushu mencakup lebih dari 120 variasi teknik. Secara historis, seni bela diri ini dikenal mampu meningkatkan kebugaran fisik, menumbuhkan moralitas, dan memperkuat kemampuan bertahan diri.
Para peneliti menulis, salah satu bentuk wushu yang paling terkenal, tai ji quan atau tai chi, dipraktikan untuk tujuan bela diri, menjaga kesehatan, hingga meningkatkan kebugaran fisik.
“Sebuah uji coba terkontrol secara acak menemukan, program latihan tari kipas selama enam bulan—yang menggabungkan unsur tari, wushu, dan penggunaan kipas tangan—secara signifikan meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada lansia,” tulis para peneliti.
“Menariknya, manfaat yang diperoleh peserta tari kipas bahkan lebih besar dibandingkan mereka yang berlatih tai ji quan atau hanya berjalan cepat.”
Menurut studi dari Harvard Medical School, jenis olahraga terbaik bagi lansia, berusia di atas 60 tahun, bukan berjalan kaki, joging, atau latihan beban, tetapi bela diri.
Berbeda dengan olahraga intensitas tinggi yang dapat memberi tekanan berlebihan pada sendi yang menuda, para ahli merekomendasikan tai chi, aikido, dan wing chun yang menawarkan latihan yang lembut namun tetap efektif, sekaligus menyehatkan tubuh secara menyeluruh.
Praktik bela diri ini menekankan keseimbangan, gerakan terkontrol, dan kesadaran diri, bukan kecepatan atau kekuatan fisik. Menurut Peter M. Wayne dari Harvard Medical School, seni bela diri semacam ini dapat meningkatkan kompleksitas fisiologis pada lansia—yang berarti membantu menjaga sistem pengendalian tubuh tetap berfungsi optimal seiring bertambahnya usia.
Psikoterapis Michael J. Formica dalam Psychology Today menulis di luar fisik, aspek paling berharga dari seni bela diri adalah pelajaran kecerdasan sosial dan disiplin mental.
“Inilah yang membuat seni bela diri menjadi aktivitas yang sangat bermanfaat dalam membantu pengembangan keterampilan untuk menghadapi ADD/ADHD (attention deficit disorder/attention deficit hyperactivity disorder), baik pada anak-anak maupun orang dewasa,” kata Formica.
Formica menyebut, seni bela diri yang menekankan unsur struktur, konsistensi, dan ritual sangat efektif dalam membantu individu dengan ADD/ADHD mengembangkan kemampuan organisasi serta fungsi eksekutif yang lebih baik.
“Menurut pengamatan saya, tradisi Okinawa dan gaya seni bela diri Jepang adalah yang paling bermanfaat untuk tujuan ini,” ujar Formica.
“Aikido juga merupakan pilihan yang luar biasa karena secara alami menanamkan struktur, konsistensi, dan ritual—dengan pula dengan kendo, iai-do, dan kenjutsu.”
Tampaknya, seni bela diri tradisional yang “lembut”, bukan fisik, bermanfaat bagi lansia. Akan tetapi, bukan berarti seni bela diri “keras”, seperti karate, taekwondo, atua brazilian jiu-jitsu tidak masuk hitungan.
Para peneliti dari Southern Cross University dalam sebuah studi yang terbit di International Journal of Exercise Science pada 2022 menyebut, bela diri jenis ini dapat memberikan manfaat yang sama seperti seni bela diri “lunak” sekaligus memberikan latihan kardiovaskular dan latihan ketahanan yang intensif lewat jongkok, menyerang, dan berdiri.
Seni bela diri tertentu juga bisa melatih seseorang untuk mengetahui cara jatuh yang lebih aman jika tersandung, kehilangan keseimbangan, atau terpeleset di kamar mandi.
Dikutip dari Good, para ahli medis juga percaya, seni bela diri dapat membantu meningkatkan massa dan kekuatan otot serta tulang, yang terus menurun seiring bertambahnya usia. Dengan berlatih rutin seni bela diri, para lansia dapat melawan kelemahan otot dan penurunan kepadatan tulang.
“Saat Anda berdiri tegap, melakukan tendangan terkontrol, atau menyerang, otot Anda menarik tulang,” kata direktur medis sekaligus salah satu pendiri Medical Cert di Inggris, Maria Knobel, dikutip dari Good.
"Tindakan ini merangsang sel-sel tulang yang disebut osteoblas, yang bertanggung jawab untuk membangun jaringan tulang baru. Ketegangan yang terus-menerus dari gerakan-gerakan ini akan memberi sinyal kepada tubuh bahwa tulang harus tetap kuat."


