Kisah petarung MMA dan geliat industri di arena oktagon

Mereka baku hantam di atas oktagon, tetapi tak bisa memberi jaminan hidup.

Ilustrasi MMA. Alinea.id/Dwi Setiawan.

Sudah lebih setahun lalu Zuli Silawanto menyingkir dari atas oktagon mixed martial arts (MMA). Ia resmi memutuskan pensiun dari arena yang membesarkan namanya pada 1 Desember 2018, usai bertarung dalam One Pride Pro Never Quit Fight Night 25 melawan Hendrik Tarigan. Pertarungan pamungkas Zuli itu berakhir dengan kekalahan.

Namun, pria berusia 44 tahun tersebut, takbisa secara total meninggalkan dunia seni beladiri campuran itu.

“Saya enggak bisa diam saja kalau ada yang latihan,” kata Zuli ketika ditemui reporter Alinea.id di sasana Tigershark Fighting Academy, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (16/1).

Malam itu, lelaki kekar berkepala plontos tersebut baru saja mendampingi anggota Tigershark latihan. Lalu, ia bergegas lagi menghampiri puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Perikanan (STP) berlatih yusikaindo. Menularkan ilmu beladirinya ke mahasiswa-mahasiswa itu. Jarak tempat latihannya sekitar 30 meter di sebelah Tigershark.

Tigershark berkembang sejak awal 2000-an, tumbuh dari yusikaindo. Yusikaindo merupakan akronim dari beberapa cabang seni beladiri, seperti yudo, silat, karate, aikido, dan taekwondo.