Krisis Iklim, Gletser Antartika akan alami perubahan dramatis

Para ilmuwan memperingatkan perubahan dramatis di salah satu gletser terbesar di Antartika, yakni Gletser Thwaites.

Ilustrasi. Pixabay

Krisis iklim diperkirakan membuat perubahan dramatis di salah satu gletser terbesar di Antartika dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan. Para ilmuwan memperingatkan perubahan dramatis di salah satu gletser terbesar di Antartika, yakni Gletser Thwaites yang sampai sekarang relatif stabil, tetapi di masa depan bisa pecah seperti kaca depan mobil.

Peneliti dari Amerika Serikat dan Inggris saat ini terlibat dalam program studi yang intens dalam penelitian mengenai Thwaites karena tingkat lelehannya yang sudah membuang 50 miliar ton es ke laut setiap tahun. Lelehan ini memberi dampak pada permukaan laut global yang berpotensi naik 65 cm setiap tahun.

Skenario "kiamat" untuk Gletser Thwaites diperkirakan para peneliti akan terjadi dengan sangat cepat. "Akan ada perubahan dramatis di depan gletser, mungkin dalam waktu kurang dari satu dekade. Studi yang diterbitkan dan tidak dipublikasikan menunjukkan ke arah itu," kata Ahli Glasiologi yang juga Koordinator utama AS untuk International Thwaites Glacier Collaboration (ITGC), Ted Scambos seperti dilansir dari BBC, Senin (20/12).

Padahal, Thwaites adalah bongkahan es raksasa yang kira-kira seukuran Inggris atau Florida. ITGC menyimpulkan pelelehan ini karena ada air laut yang hangat di bawah gumpalan es. Air hangat menipis dan melemahkan es ini, membuatnya berlari lebih cepat dan mendorong kembali zona di mana tubuh gletser utama menjadi apung. Saat ini, tepi es bagian timur disematkan di tempat oleh punggungan bawah laut lepas pantai. Kecepatan alirannya adalah sepertiga dari yang terlihat di sektor barat atau es yang masih dalam keadaan normal.

"Saya memvisualisasikannya agak mirip dengan jendela mobil di mana Anda memiliki beberapa retakan yang perlahan-lahan menyebar, dan kemudian tiba-tiba anda melewati benjolan di mobil dan pecah ke segala arah," jelas Erin Pettit dari Oregon State University.