“Kulari ke Pantai”: Pedoman jitu mendidik generasi Alfa

Film ini tepat disaksikan oleh papa dan mama muda milenial, yang kini tengah mengawal tumbuh kembang anak generasi Alfa mereka.

Film

Bagi saya dan generasi cohort 1990-an lainnya, film “Petualangan Sherina” (2000) jelas mencuri tempat tersendiri kala masih anak-anak. Rasanya sukar melupakan kelincahan tokoh Sherina mengolok Sadam yang manja dan ‘anak mama’. Pun kedunguan kawanan penculik, kesedihan Sherina berpisah dengan sahabat-sahabatnya karena harus pindah kota, atau scene paling memorable saat Sherina mengecup kening Sadam di Observatorium Bosscha.

Setelah itu, film yang mengangkat cerita anak memang silih berganti muncul. Namun, tidak pernah ada yang sukses mengendap di kepala saya saat itu. Kalau pun ada, film anak berikutnya hanya mencoba mengimitasi jalin penceritaan dan gaya “Petualangan Sherina”, lengkap dengan lantunan musik dan lagu-lagu riang khas bocah. Sebut saja, “Untuk Rena” (2005) atau “Laskar Pelangi” (2008).

Berbeda dengan film besutan Riri Riza tersebut, yang lintas usia, menonton film anak-anak setelah tahun 2000 terasa sangat eksklusif. Singkatnya, bagi kamu yang sudah dewasa, tontonan semacam ini hanya akan terasa menggelikan, receh, dan tak relevan.

Delapan belas tahun berselang, saya baru menemukan satu film anak Indonesia yang begitu mudah dinikmati, tak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Tak heran jika kemudian Presiden Jokowi dan Iriana memutuskan nobar film ini bersama 300 bocah di Istana Negara. Film “Kulari ke Pantai” (2018) karya Mira Lesmana dan Riri Riza menjadi film yang menurut saya laik disandingkan dengan booming “Petualangan Sherina” di paruh awal 2000.

Banyak alasan yang membuat film sederhana ini terasa sangat spesial dan patut ditonton. Penonton tak akan mendapati aroma politis, konflik provokatif, atau permasalahan yang kelewat kompleks atau sengaja dibikin ruwet, khas tren film-film megalomaniak yang dibuat sineas domestik akhir-akhir ini. Kita hanya akan disuguhi keindahan potongan senja di pantai, kehangatan hubungan ibu dan anak, juga kecintaan pada Bahasa Indonesia.