Libur puasa usul Sandiaga Uno sudah ada sejak zaman kolonial

Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno saat kampanye pernah mewacanakan akan menerapkan libur puasa jika terpilih.

Sejumlah siswa SMA Negeri 2 Boyolali membagikan bingkisan makanan berbuka puasa (takjil) saat merayakan kelulusan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Boyolali, Jawa Tengah, Senin (13/5). / Antara Foto

Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno saat kampanye pernah mewacanakan akan menerapkan libur puasa jika terpilih. Sandiaga Uno berharap, libur puasa selama sebulan dapat digunakan untuk mengikut pesantren kilat.

"Ya, tentunya ini adalah salah satu terobosan yang akan kita bawa. Saya waktu masih muda pernah merasakan libur, dulu, saat Ramadan dan waktu anak-anak saya masih kecil, sekolah di Al-Azhar, waktu itu juga libur sebulan penuh," kata Sandiaga usai menghadiri konsolidasi juru kampanye nasional BPN Prabowo-Sandi di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Jumat (15/3).

Namun, wacana libur puasa untuk anak sekolah bukanlah sejak era pemerintahan Gusdur, melainkan sudah dari masa kolonial Belanda. Libur puasa anak sekolah erat kaitannya dengan perkembangan sekolah-sekolah Eropa di Hindia Belanda pasca Politik Etis. 

Mulanya, wacana libur puasa terlontar dari mulut Mohammad Husni Thamrin, anggota Dewan Rakyat (Volksraad) terpilih pada 1927.

“Atas inisiatif Pak Thamrin, pertemuan diadakan hari ini untuk membahas apa yang disebut Liburan Poeasa. Dari sisi pemerintah kota Batavia, ide Liburan Poeasa bertepatan dengan liburan sekolah-sekolah Eropa. Perwakilan dari asosiasi lokal P.S.I, Moehammadiyah, Pasundan, dan Boedi Oetomo turut diundang ke pertemuan tersebut,” tulis Bataviaasch Niewsblad edisi 19 Januari 1930.