Mangkatnya ‘Lord’ Didi Kempot dan estafet campursari generasi baru

Kepergian mendadak Didi Kempot mengejutkan banyak orang. Di sisi lain, genre musik campursari semakin dikenal dan berkembang.

Ilustrasi Didi Kempot. Alinea.id/Hadi Tama.

Hari itu, Selasa (5/5), langit seakan runtuh bagi Deni Purwanto dan kawan-kawannya. Fan garis keras musikus campursari Didi Kempot itu terkejut bukan main mendengar kabar sang idola pergi untuk selama-lamanya.

Deni, yang merupakan pendiri Sobat Ambyar Jakarta—sebutan komunitas penggemar Didi Kempot—tersebut, sebelumnya sangat tak percaya mendengar kabar duka dari Solo, Jawa Tengah yang masuk ke ponselnya.

“Waktu aku dikabari pagi-pagi itu dari pengurus Sobat Ambyar Jakarta, aku kaget. Banyak yang merasa kehilangan. Pakde Didi seperti teman terdekat kami,” kata Deni saat dihubungi reporter Alinea.id, Rabu (6/6).

“Kayak kehilangan sosok panutan dan orang tua. Secepat itu Pakde meninggalkan kita.”

Penyanyi yang punya nama asli Didik Prasetyo—ada pula yang menyebut Dionisius Prasetyo—itu wafat di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo karena henti jantung (sudden cardiac arrest). Pria yang lahir pada 31 Desember 1966 itu sempat mengalami sakit panas di hari sebelumnya.