Manifestasi Ilahi dalam karya Baron Basuning

Sang ilahi digambarkan sebagai sesuatu yang nir-rupa atau abstrak. Ia eksis secara konsep, tapi tak berwujud.

Pameran ini dibuka oleh musisi dan budayawan Erros Djarot, dan berlangsung dari 8 Januari-8 Februari 2019./Nanda Aria Putra

Memasuki ruang pameran gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, kita akan melihat jejeran lukisan abstrak yang terdisplay rapi. Komposisi warna acak dalam bentang medium kanvas yang lebar, ditindih cat akrilik yang ditembak lampu sorot, membiaskan cahaya terang saat mata menatapnya.  

Adalah karya Baron Basuning, seniman kelahiran Sumatra Selatan, 1961, dalam rangka memperingati 20 tahunnya berkarya untuk dunia seni rupa Indonesia. 

“Noor” menjadi tajuk pameran tunggalnya kali ini. Noor atau nur dalam bahasa Arab, yang berarti cahaya dipilih sebagai tema pameran, lahir dari refleksi hidup Basuning dalam perjalanan-pengembaraannya ke berbagai belahan dunia. Perjumpaannya dengan benda-benda yang memiliki nilai historis dalam kebudayaan Islam membawanya pada pikiran yang kontemplatif. 

Nur dalam khasanah pemikiran Islam adalah sesuatu yang melekat dan memiliki nilai-nilai ilahiah; sumber segala cahaya. Sang ilahi digambarkan sebagai sesuatu yang nir-rupa atau abstrak. Ia eksis secara konsep, tapi tak berwujud, ke-”ada”-annya termanifestasikan dari konsep-konsep yang hadir melalui pengalaman spiritual, bukan fisik. Dari sini lah tema Noor hadir. 

Pameran ini dibuka oleh musisi dan budayawan Erros Djarot, dan berlangsung dari 8 Januari-8 Februari 2019. Dalam catatan pengantar pameran 20 tahun Baron Basuning berkarya, ia menyebut pameran ini adalah sebagai bentuk nostalgia Basuning dengan menelusuri jejak-jejak karyanya, setelah 20 tahun, dalam dunia seni rupa tanah air.