American Psychological Association merekomendasikan beberapa hal terkait AI di kalangan remaja.
Alih-alih membuat keuntungan, kehadiran artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan justru memunculkan tantangan bagi remaja. Sebuah studi yang terbit di Common Sense Media menemukan, remaja berusia antara 13 dan 18 tahun semakin tidak mempercayai konten yang mereka konsumsi secara daring.
Menurut penelitian itu, banyak remaja kesulitan membedakan konten daring mana yang asli dan mana yang palsu. Sekitar 46% mengatakan, mereka tahu telah disesatkan oleh konten atau menduga mereka telah disesatkan, sedangkan 54% telah melihat konten visual yang asli, tapi menyesatkan.
Dampak AI pada remaja, menurut laporan dari American Psychological Association (APA), sangat beragam dan kompleks. Maka dari itu, para pengembang disarankan memprioritaskan fitur yang melindungi kaum muda dari eksploitasi, manipulasi, dan terkikisnya hubungan di dunia nyata.
“AI menawarkan efisiensi dan peluang baru, namun integrasinya yang lebih mendalam ke dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pertimbangan yang cermat untuk memastikan perangkat AI aman, terutama bagi remaja,” tulis laporan bertajuk “Artificial intelligence and adolescent well-being An APA health advisory” itu.
Laporan itu ditulis oleh panel penasihat ahli dan merupakan tindak lanjut dari dua laporan APA lainnya tentang penggunaan media sosial pada masa remaja, serta rekomendasi konten videp yang sehat.