Memulihkan psikologis anak yang terpisah dengan ortu karena Covid-19

Anak menjadi salah satu kelompok rentan terdampak pandemi Covid-19.

Bayi mengenakan pelindung muka atau face shield di RS Ibu dan Anak Asih Jakarta, Jumat (17/4/2020)/Foto Antara/Puspa Perwitasari.

Pandemi Covid-19 bisa membawa dampak psikis bagi anak-anak yang harus terpisah dengan orang tua positif coronavirus, atau bahkan yang meninggal akibat serangan virus yang muncul pertama kali di Wuhan, China itu.

“Dampaknya bisa berbeda-beda ke anak, tapi yang pasti, bagi anak situasi ini tidak mudah karena orang tua seperti jangkar mereka. Keluarga adalah lingkup terdekat bagi anak,” kata tenaga ahli Psikologi UPT P2TP2A DKI Jakarta, Vitria Lazzarini Latief.

Vitria menambahkan, bagi anak-anak yang sudah sekolah dan berusia remaja, kengeriannya akan begitu nyata dibanding anak-anak lebih kecil yang belum terlalu paham dengan situasi buruk ini. 

Anak-anak yang belum terlalu paham hanya mengetahui orang tua yang biasa mengasuhnya telah pergi, namun belum paham penyebabnya dan keadaan pandemi ini.

“Bagi anak-anak yang sudah SMP atau SMA, dampak psikisnya lebih terasa karena mereka enggak tau kapan akan pulih, kemudian juga dipaparkan data kasus dan kematian yang terus-menerus. Sedangkan untuk yang lebih kecil mereka masih bisa belum memahami meski mereka mengetahui bahwa orang tuanya sudah tidak ada,” imbuhnya.