Temuan baru pada broken heart syndrome, upaya mencegah kematian karena patah hati

Broken heart syndrome pertama kali diidentifikasi di Jepang.

foto ilustrasi. eluniverso.com

Nyawa manusia bisa direnggut dengan sebab berbagai penyakit. Namun, yang mungkin orang jarang ketahui bahwa mengalami patah hati juga bisa mengakibatkan kematian.

Patah hati tentu bukan hanya dalam percintaan, tetapi juga meliputi segala aspek kehidupan di mana seseorang merasa sangat kehilangan akan sesuatu yang dicintainya. 

Secara ilmu pengetahuan medis kematian akibat patah hati dikenal sebagai broken heart syndrome (sindrom patah hati). Ada juga istilah lain takotsubo cardiomypathy.  Nama tersebut dari bahasa Jepang yang berarti 'jebakan gurita'. Ini merujuk pada bagaimana masalah bisa berkembang.

Salah satu publik figur yang meninggal karena sebab broken heart syndrome adalah penyanyi senior Amerika Serikat, Debbie Reynolds (84). Debbie  meninggal pada 28 Desember 2016, berselang satu hari setelah putrinya, yang juga seorang aktris Amerika, Carrie Fisher (pemeran Princess Leia di film Star Wars) (60) meninggal karena serangan jantung.

Ya, faktanya seseorang bisa mati karena patah hati, meski kasus itu jarang terjadi. Broken heart syndrome bisa terjadi ketika seseorang mengalami perasaan emosional yang ekstrem atau traumatis. Kondisi itu memicu lonjakan hormon stres. Hormon ini pada akhirnya menjadi pemicu gagal jantung jangka pendek, yang mengancam jiwa.