Pengembangan wisata di Pulau Komodo rusak ekosistem

Satwa, flora dan manusia di Pulau Komodo merupakan suatu kesatuan ekosistem.

Penutupan Pulau Komodo yang santer diwacanakan akan mulai dilakukan pada Januari 2020./Pixabay

‘Loh Liang’ dalam bahasa Labuan Bajo berarti teluk yang menjadi tempat sarang komodo. Berdasar peta geografis, Loh Liang memang terletak di lekuk laut yang menjorok ke bagian timur daratan Pulau Komodo.

Sebagai seorang naturalist guide yang memandu pengunjung di TNK, Yoman pun menjelaskan satwa, flora, dan manusia di Pulau Komodo merupakan suatu kesatuan ekosistem.

Yoman bilang, sebagai satwa liar, komodo lahir dan berkembang dalam ancaman induk jantannya. Setelah telur komodo menetas, bayi komodo yang berukuran sekitar 30 sentimeter memiliki insting untuk segera melindungi dirinya dengan menaiki batang pohon sagu (Metroxylon sagu) terdekat dari tempatnya menetas. Ini dilakukan sebagai pertahanan dari peluang dimangsa oleh induk jantannya.

“Induk komodo ini kanibal. Ia hanya menjaga telurnya, tetapi tidak menjaga anaknya,” katanya.

Begitu pun induk betina yang tidak aktif melindungi anaknya. Sebagai satu famili palmae, pohon sagu disebut juga oleh warga setempat sebagai pohon palam, lontar, atau gebang.