Tak hanya anak, ibu juga merasakan akibatnya jika menghentikan ASI terlalu dini.
Menyusui hingga anak berusia dua tahun atau lebih bukan sekadar nasihat tradisional—ini didukung oleh bukti ilmiah yang menunjukkan manfaat kesehatan jangka panjang bagi anak dan ibu.
Menurut WHO, ASI mengandung zat imunologis seperti laktotransferrin yang menurun setelah satu tahun tapi kembali meningkat pada usia 13–24 bulan, memberikan perlindungan tambahan terhadap infeksi.
Menyapih dini dapat membuat anak kehilangan perlindungan imunitas tersebut. Bahkan, bayi yang disapih terlalu cepat memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi saluran napas, diare, infeksi telinga tengah, dan penyakit kronis seperti leukemia serta diabetes tipe 1.
Tak hanya anak, ibu juga merasakan akibatnya. Studi epidemiologis dari PubMed Central (PMC) menegaskan, menghentikan menyusui terlalu awal berdampak pada peningkatan risiko kanker payudara, ovarium, obesitas, diabetes tipe 2 hingga hipertensi. Setiap 12 bulan menyusui yang ditambah, risiko kanker payudara bisa turun sekitar 4,3%.
Secara global, rekomendasi kesehatan mendesak agar ibu menyusui memenuhi dua fase penting: eksklusif 6 bulan pertama dan dilanjutkan hingga 2 tahun atau lebih. WHO dan UNICEF merekomendasikan pola ini sebagai cara terbaik untuk pertumbuhan, perlindungan infeksi, dan pembentukan sistem kekebalan anak. AAP (American Academy of Pediatrics) pun menyarankan menyusui sekurang-kurangnya hingga satu tahun, lalu melanjutkan hingga sesederhana yang diinginkan oleh ibu dan anak.