Serangan budaya populer Jepang terhadap anak muda

Anime mulai menjalar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, pada 1990-an.

Animasi asal Jepang atau anime mulai disiarkan di Indonesia awal 1990-an. Alinea.id/Oky Diaz.

Satria, seorang mahasiswa Universitas Airlangga, mengenal animasi asal Jepang—dikenal dengan istilah anime—sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya, ia terkesan dengan anime Clannad, yang kemudian membuatnya menyukai anime bergenre drama romantis lainnya.

Satria juga gemar ikut acara bertema Jepang. Misalnya, saat masih duduk di bangku SMA, ia pernah ikut acara Japanese World di Universitas Airlangga. Kegemaran Satria makin menggila. Ia kemudian suka ragam budaya populer Jepang, mulai dari film, gim, cosplay, idol, hingga masakannya.

Di kamarnya, karakter anime pun mudah ditemukan. Sebuah figur aksi Asuna Yuuki, salah satu karakter fiksi anime Sword Art Online berdiri di atas lemarinya. Stiker dan poster Asuna Yuuki pun menempel di pintu dan dinding kamarnya.

Bukan cuma memajang karakter anime kesukaannya, Satria pun bangga mengenakan jubah karakter anime Himouto! Umaru-chan. Ketika tidur, ia menggunakan penutup mata bergambar Ken Kaneki, salah satu karakter anime Tokyo Ghoul dan berbantal Dakimakura Rem anime Re: Zero kara Hajimeru Isekai Seikatsu.

Bahkan, Satria memiliki karakter gadis dalam anime yang ditetapkan sebagai waifu—pelesetan wife (istri), yakni Rikka Takanashi, salah satu karakter dalam anime Chuunibyo Demo Koi ga Shitai.