Apakah remaja setelah dididik di kamp militer bakal menjadi patuh?
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mewujudkan gagasannya mengirim anak-anak “bermasalah” ke barak militer pada awal Mei 2025. Siswa bandel yang dikirim ke barak militer itu misalnya yang kecanduan gim daring, merokok, mengonsumsi alkohol, seks bebas, hingga tawuran. Ada dua tempat yang disiapkan, yakni di Lapangan Kujang Rindam III/Siliwangi, Bandung dan Markas Resimen Artileri Medan 1 Kostrad di Purwakarta.
Kebijakan Dedi itu, seakan diikuti daerah lainnya. Di Cianjur, mulai Selasa (6/5), siswa SMP yang dianggap bermasalah dikirim ke barak militer. Di Singkawang, Kalimantan Barat, pemkot melakukan pembekalan bela negara bagi para pelaku balap liar. Sedangkan di Bengkulu, anak nakal bakal digembleng TNI-Polri.
Kebijakan siswa bermasalah yang dikirim ke kamp militer, juga berlaku di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, China, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
Dikutip dari Jakarta Globe, Dedi mengatakan, gagasannya tentang program disiplin ala militer terinspirasi dengan model reformasi pemuda di China. South China Morning Post menulis, menurut Federasi Pemuda Hong Kong di daratan China, pendidikan dan rehabilitasi untuk anak-anak bermasalah diwajibkan di sekolah koreksi khusus.
Pendekatan ini bertujuan mengatasi masalah mendasar, seperti dinamika keluarga dan lingkungan sekolah. Seseorang berusia 13 hingga 28 tahun yang melakukan pelanggaran ringan dapat ditempatkan di sekolah reformasi atau sekolah kerja-belajar, yang berfokus pada pendidikan dan pelatihan kejuruan. Beberapa orang tua di China juga mendaftarkan anak-anak mereka di kamp yang menekankan pengembangan karakter dan memberikan pelatihan militer.