Survei: 74% orang Indonesia menyukai cerita happy ending

Happy ending dapat menjadi penutupan yang bagus, jelas, dan sangat nyaman untuk dibaca, dan merasa lega dari sudut pandang pembaca.

Ilustrasi. istockphoto.com/

Setiap orang mengupayakan untuk mendapatkan kebahagiaan dengan beragam cara. Walau kadang tidak mudah, tetapi setidaknya tiap orang akan berusaha dan berharap memiliki akhir kehidupan yang bahagia. Rasa bahagia bersifat relatif dan diartikan yang berbeda-beda tiap individu, sehingga memiliki cara yang berbeda untuk menemukan kebahagiaan.

Meski demikian, di dunia fiksi, mayoritas orang juga lebih tertarik dan menyukai jalan cerita happy ending (berakhir bahagia). Saat menyaksikan film, terkadang orang seketika terhanyut oleh perjalanan tokoh utama dengan berbagai lika-liku konflik yang dihadapinya, sehingga orang berharap permasalahan tokoh itu dapat berakhir dan menemukan kebahagiaannya.

Hasil survei yang dilakukan Cabaca dan Jakpat, bertajuk “Happy Ending. Emang Ada?”. Telah melibatkan 257 responden, dengan hasil sebesar 74,32% responden memilih happy ending sebagai akhir cerita yang lebih disukai, disusul dengan jumlah open ending 15,95% di posisi kedua, dan sad ending (berakhir sedih) sebanyak 9,73% di posisi terakhir.

Responden happy ending membagikan berbagai alasan memilihnya. Seperti, memiliki kesan dan akhir cerita yang akan selalu dikenang, happy ending dapat menjadi penutupan yang bagus, jelas, dan sangat nyaman untuk dibaca, dan merasa lega dari sudut pandang pembaca. Bahkan, mayoritas pembaca menjadikan kegiatan itu sebagai hiburan, sehingga memiliki happy ending dalam cerita menjadi penghibur tambahan.

Lebih lanjut, responden menyatakan pendapat masing-masing terkait arti happy ending. Ada yang mengartikannya sebagai capaian tujuan yang tidak selalu mengenai pasangan karena tanpa pasangan, tokoh masih dapat menemukan kebahagiaan.