The Lion King (2019): Visual ciamik, tapi tanpa plot twist berarti

Bagi penonton berusia 30 tahun-an, alur cerita film ini merangsang nostalgia.

Bagi penonton berusia 30 tahun-an, alur cerita film ini merangsang kenangan nostalgia./ Foto: IMDB

Film remake versi live-action The Lion King membangkitkan rasa penasaran lantaran diangkat dari animasi legendaris The Lion King tahun 1994. Teknologi Computer Generated Imagery (CGI) membawa film yang disutradarai oleh Jon Favreau pada pencapaian visual yang nyaris menyerupai aslinya.

Deretan pengisi suara beken, seperti Seth Rogen, Keegan Key, Donald Glover, Chiwetel Ejiofor, James Earl Jones, Beyonce Knowles, dan John Oliver juga menjanjikan film ini layak untuk dinikmati.

Berkisah petualangan Simba (Donald Glover), seekor singa yang kelak mewarisi takhta ayahnya, raja hutan bernama Musafa (James Earl Jones). Namun, Scar (Chiwetel Ejiofor) alias paman Simba berencana menelikung dan mengangkat dirinya sebagai raja hutan. Scar pun mengelabui Simba agar mau keluar dari kerajaan Pride Lands dengan dalih penerus takhta harus memiliki keberanian. Lantas, Scar menjebaknya, seolah-olah Simba terbunuh dalam kejaran kawanan Hyena. 

Bagi penonton berusia 30 tahun-an, alur cerita film ini merangsang nostalgia.

Tetap saja terdapat perbedaan antara film remake dan versi animasinya. Film remake Lion King (2019) tak lagi menyuguhkan drama menguras emosi penonton.