Tsundoku, beli buku dahulu dibaca entah kapan

Istilah tsundoku tercipta saat era Meiji di Jepang pada abad ke-19.

Para penggemar buku biasanya tergoda memborong buku sebanyak-banyaknya kala pameran buku murah digelar. Alinea.id/Oky Diaz.

Bagi penggemar buku, siapa yang tak tergoda membeli buku jika jalan-jalan ke toko buku di pusat perbelanjaan. Semisal digelar pameran buku, yang menjual buku-buku dengan potongan harga tinggi, para penggemar buku semakin menggila memborongnya.

Michelle Maria, karyawati di sebuah penerbitan buku di Jakarta Barat, termasuk orang yang sering membeli buku. Ia mengaku hobi baca sejak masih duduk di bangku SD. Koleksi bukunya beragam, mulai dari buku impor hingga terbitan Indonesia.

Menurut Michelle, lebih penting koleksi buku, ketimbang segera membacanya. Ia berdalih, sudah sibuk dengan pekerjaan, sehingga hanya punya waktu sedikit untuk membaca.

“Beli buku dulu. Yang penting punya buku yang kita mau. Bacanya nanti kalau momen dan mood-nya pas,” katanya saat dihubungi reporter Alinea.id, Senin (1/4).

Dalam sekali belanja buku, ia akan membeli 10 judul buku. Namun, ada tiga hingga empat judul buku yang disimpannya dahulu.