Tuan dan puan cari cuan dengan cara rawan

Devie memandang, hal ini selaras dengan kesigapan aparat dalam menangkap para crazy rich yang selalu mendemontrasikan kemewahan.

ilustrasi. Istimewa

Kehidupan manusia di ruang digital meningkat di masa pandemi. Salah satu "hiburan" yang dicari adalah hal yang bersifat pribadi, khususnya tayangan-tayangan pornografi seperti yang saat ini ramai dengan platform Onlyfans.

Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengatakan, kehadiran platform dari luar menawarkan inovasi-inovasi bagi para pengguna jasa atau penikmat pornografi tersebut. Apalagi mendapatkan penghasilan bagi pengguna platform itu untuk menjajakan dirinya.

"Memang bahaya sekali. Kalau kemudian pornografi dalam konteks aplikasi sebenarnya ini tidak mudah diakses, karena memang sebenarnya ini sifatnya privat," kata Devie saat dihubungi, Selasa (29/3).

Devie menyebut, hal tersebut selaras dengan hukum digital, bahwa tidak ada jejak yang tidak bisa ditinggalkan. Apabila, ada orang yang tidak turut bertransaksi dengan aplikasi kemudian mengabadikan hal tersebut dalam sebuah tangkapan layar dan menyebarkannya. 

Alasan uang, kata Devie, menjadi faktor yang juga tidak bisa dipungkiri terlebih pandemi menghantam ekonomi seluruh masyarakat dunia. Menurutnya, berbagai peluang yang bisa ditawarkan dan mudah untuk bisa menyamarkan diri lalu "lebih mudah" menghindari gerakan aparat adalah lewat aplikasi digital.