Wisuda TK-SMA: Menorehkan kenangan atau sekadar selebrasi jor-joran?

Prosesi wisuda pada jenjang pendidikan TK hingga SMA mulai menuai kontra.

Ilustrasi Alinea.id/Catharina.

“Kembalikan wisuda hanya untuk yang lulus kuliah. TK, SD, SMP, SMA tidak perlu wisuda!” demikian narasi yang menyeruak beberapa hari terakhir di linimasa media sosial.

Awal bulan Juni hingga pertengahan memang menjadi salah satu periode penting dalam dunia pendidikan. Masa ini adalah ujung tahun pembelajaran yang menjadi momen kelulusan dan kenaikan kelas pada jenjang pendidikan usia dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Narasi menolak prosesi wisuda sebelum pendidikan tinggi ini tak lain karena masalah biaya. Banyak orang tua yang merasa keberatan karena kembali dipungut biaya hingga ratusan ribu untuk puncak acara kelulusan ini. Mulai dari keperluan sewa/beli baju toga, kebaya, make up hingga pernak-pernik lainnya.

Padahal di saat yang sama, orang tua dihadapi kebutuhan untuk biaya daftar ulang kenaikan kelas atau bahkan biaya masuk ke sekolah jenjang berikutnya. Tentu saja, biaya di luar kebutuhan pokok sekolah ini dirasa menjadi beban tersendiri bagi sebagian orang tua.

Belum lagi, prosesi wisuda TK-SMA kerap digelar dengan meriah dan bahkan terbilang jor-joran. Hal ini terlihat dari venue acara selain di sekolah, seperti gedung atau bahkan hotel. Termasuk di dalamnya konsumsi untuk hadirin yang datang hingga suvenir untuk para siswa yang lulus.