Fakta seputar perokok anak-anak 

Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak merokok.

Ilustrasi perokok anak. Alinea.id/Dwi Setiawan

Prevalensi perokok anak di Indonesia terus naik. Pada 2018, prevalensi perokok anak mencapai 9.1%. Artinya, diperkirakan 1 dari 10 anak di Indonesia sudah terbiasa merokok atau pernah merokok. Angka itu naik dari angka prevalensi pada 2013 yang hanya 7,2%.  

Menurut riset Pusat Kajian Gizi Regional (PKGR) Universitas Indonesia pada 2019, para perokok anak kerap lahir karena terpapar beragam iklan rokok di berbagai platform. Selain itu, mayoritas perokok anak juga lahir di keluarga perokok. 

Hasil kajian itu juga menyimpulkan bahwa anak yang punya uang saku di atas Rp50.000 per hari memiliki kecenderungan untuk merokok 4,74 kali lebih besar ketimbang yang uang sakunya di bawah angka itu. 

Ketua Yayasan Lentera Anak (YLA) Lisda Sundari mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan maraknya perokok anak. Selain harga rokok yang terjangkau, menurut dia, banyak anak mulai merokok karena berkembangnya sikap permisif masyarakat terhadap rokok.

"Juga faktor tokoh teladan atau idola. Karena anak-anak mudah sekali meniru perilaku orang yang mereka kagumi. Dan yang juga penting adalah mudahnya keterjangkauan rokok, harga murah, bisa beli di mana aja dan ketersediaannya melimpah," kata Lisda kepada Alinea.id di Jakarta, Senin (4/5).