Konflik organisasi dunia dan prestasi bulu tangkis kita

Pada akhir 1970-an hingga awal 180-an, ketika terjadi dualisme organisasi bulu tangkis dunia, prestasi badminton Indonesia mentereng.

Ilustrasi bulu tangkis. Alinea.id/Uswah Hasanah Ahmad.

Sebelum penyelenggaraan All England 1976 di London, Inggris, situasi panas terjadi di dalam induk organisasi bulu tangkis dunia International Badminton Federation (IBF). Ada ketegangan politik antara China dan Taiwan, dibawa-bawa ke dalam organisasi bulu tangkis yang dibentuk pada 1934.

China mengklaim, Taiwan adalah bagian dari negaranya, meski tak pernah menguasai wilayah itu. Sementara Taiwan menganggap sebagai negara berdaulat.

Sebermula, China memperkenalkan kekuatan bulu tangkisnya, dengan cara keliling beberapa negara, termasuk negara Eropa yang kuat bulu tangkisnya, seperti Inggris, Swedia, dan Denmark. Dalam pertandingan-pertandingan persahabatan, tim bulu tangkis mereka tak pernah kalah.

Mata dunia pun terbelalak. China kemudian ditawari masuk menjadi anggota IBF. Namun, mereka mengajukan beberapa syarat, di antaranya mengeluarkan Taiwan yang waktu itu memakan nama Republic of China dan Afrika Selatan yang ketika itu menganut politik Apartheid dari keanggotaan IBF.