Mimpi swasembada kedelai

90% kebutuhan kedelai masih dipenuhi dari impor karena produksi dalam negeri tak mencukupi.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Pada tanggal 1 hingga 3 Januari kemarin, 90% dari 160.000 perajin tahu tempe melakukan aksi mogok produksi. Hal ini dilakukan sebagai aksi protes atas kenaikan harga kedelai yang selalu terjadi setiap tahun. Kali ini, bahan baku kedelai impor naik dari Rp7.000/kilogram menjadi Rp9.200/kilogram sampai Rp9.500/kilogram.

Asisten Deputi Pangan Kemenko Bidang Perekonomian Muhammad Saifulloh tak menyangkal bahwa produksi kedelai dalam negeri hanya sekitar 9,5% dari total kebutuhan. Dari jumlah yang minim itu, 5% masih dialokasikan untuk benih. Sementara, impor kedelai mencapai angka 90%. 

"Tentunya kita tidak akan mengatur komoditas yang 90% nya dipenuhi dari luar negeri. Hanya saja yang perlu kita tertibkan adalah agar importir melaporkan jumlah importasinya dan stok ketersediaan di gudangnya," ujar Saifulloh saat dihubungi Alinea.id, Kamis (1/7).

Ia menyebut, saat ini pemerintah telah menyepakati hasil pertemuan dengan Asosiasi Importir Kedelai Indonesia dan Gakoptindo. Hasilnya, ada 3 langkah pengendalian stabilitas dan ketersediaan kedelai jangka pendek. Di antaranya, langkah 100 hari SOS Operasi Pasar.

Alinea.id mengulas ironi kelangkaan kedelai di Tanah Air disini.