Nostalgia ikon horor Suzzanna

Alur ceritanya, nyaris mirip film-film Suzzanna sebelumnya, seperti Malam Satu Suro dan Sundel Bolong.

Film Suzzanna: Bernapas dalam Kubur digarap sutradara Rocky Soraya dan Anggy Umbara. /imdb.com.

Suzzanna: Bernapas dalam Kubur, di hari pertama penayangannya, 15 November 2018, sudah ditonton lebih dari 200 ribu orang. 

Film-film Suzzanna sebelumnya seolah-olah menjadi metafora untuk melawan segala kesewenang-wenangan di masa Orde Baru. Segala karakter penjahat merupakan fakta yang sebenarnya ada di kehidupan sehari-hari di masa itu.

Sedangkan di dalam film Suzzanna: Bernapas dalam Kubur, segala kritik tadi seakan-akan raib. Karakter empat penjahat berasal dari golongan, yang sebenarnya teraniaya di kehidupan nyata. Empat penjahat itu adalah buruh pabrik.

Mereka tinggal di sebuah asrama sederhana di lingkungan pabrik. Mereka menuntut kenaikan gaji kepada bosnya, Satria. Tapi tak dipenuhi, karena tiga bulan sebelumnya gaji sudah naik.

Bahkan salah seorang penjahat, Gino, berujar sebanyak tiga kali kalau dirinya terpaksa ikut merampok, karena butuh uang untuk mengobati ibunya yang tengah sakit keras. Gajinya tak cukup. Sementara lembur hampir setiap hari.