Penggambaran orang Betawi dalam sinetron

Orang Betawi di dalam film dan sinetron kerap digambarkan negatif, terpinggirkan dan bahkan marjinal. Terdapat relasi kuasa yang timpang.

Film dan sinetron Indonesia banyak mengangkat nuansa Betawi, namun dengan stereotip yang terkadang negatif. Alinea.id/Oky Diaz.

Tak hanya di layar lebar, stereotip orang Betawi juga terdapat dalam sinetron. Menurut peneliti di Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya (PMB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wahyudi Akmaliah Muhammad dalam tulisannya “Stereotip Orang Betawi dalam Sinetron” yang terbit di Jurnal Masyarakat dan Budaya (2012), penggambaran orang Betawi dalam sinetron kerap ditonjolkan sebagai tokoh terpinggirkan, seperti miskin, terbelakang, pemalas, dan pesuruh.

Wahyudi melihat, sinetron bernuansa Betawi tercermin relasi kuasa yang timpang. Orang Betawi diposisikan sebagai tokoh marginal, yang berlawanan dengan citra karakter non-Betawi.

“Sinetron Julia Jadi Anak Gedongan. Meskipun Julia orang miskin, yang hanya menjual perabot rumah tangga, tetapi dicintai oleh pemuda tampan, kaya, dan baik hati,” tulis Wahyudi.

Jika digambarkan sebagai orang kaya yang punya sebuah perusahaan dan rumah mewah, Wahyudi menulis, orang Betawi dalam sinetron hanya digambarkan memanfaatkan kekayaannya untuk menambah istri. Dia mencontohkan sinetron Jay Anak Metropolitan.