Ahmad Zaky, Bukalapak, dan ekosistem inovasi

Lebay (sekali) mengecam Zaky habis-habisan karena menyampaikan keprihatinannya dengan data yang tidak akurat.

Klarifikasi Ahmad Zaky, CEO Bukalapak, seharusnya menyudahi kecaman bahwa twitnya menunjukkan ia berpihak menjelang pilpres 2019. Melalui twit tersebut,  Zaky prihatin atas kecilnya anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk Research and Development (R&D) menuju era Industri 4.0. Twitnya mendapat kecaman warganet, khususnya pendukung pasangan 01, karena menyudutkan kebijakan pemerintah Jokowi. Dan sebagian pendukung 01 mengajak uninstall aplikasi Bukalapak. Tetapi ada juga pendukung capres 01 menolak ajakan tersebut dan menganggapnya tidak relevan. 

Upaya klarifikasi Zaky yang disertai permintaan maaf dengan menggambarkan kedekatan dirinya dengan Presiden Jokowi, seharusnya menentramkan warganet yang mengecamnya. Ternyata perdebatan terus berlangsung dengan mempertanyakan data yang dipakai Zaky. Ada yang menyatakan data yang dipakai Zaky tidak akurat. Ada juga warganet yang memberikan data pembanding. Perdebatan terkait data ini dapat menjadi pintu masuk yang lebih objektif untuk mengakomodasi twit Zaky terkait pentingnya anggaran R&D. 

Keprihatinan Zaky perlu mendapatkan perhatian pengambil kebijakan, khususnya pasangan capres. Keprihatinan itu tentu saja bersumber dari pengalamannya sebagai wirausahawan pelopor di era ekonomi digital, yang telah mengantarkan Bukalapak sebagai perusahaan unicorn bergabung bersama Gojek, Tokopedia dan Traveloka. 

Zaky telah menjadi simbol milenial sukses. Sebagai salah seorang pendiri Bukalapak, Zaky sepertinya mendapatkan peran di “ruang depan”. Peran yang juga diambil para pelopor klasik, seperti Steve Jobs dan Jack Ma. Salah satu peran tersebut adalah memperkuat narasi brand Bukalapak sebagai platform e-commerce karya anak bangsa. Kata “Bukalapak” memiliki asosiasi kuat dengan aktivitas ekonomi orang kebanyakan, para pelapak. Mereka adalah representasi dari pedagang kecil (kaki lima dan UKM). Memanfaatkan narasi tersebut Bukalapak mengekspresikan keberpihakan. 

R&D adalah aktivitas pendukung inovasi teknologi untuk menyemai suatu ekosistem  di mana platform e-commerce seperti Bukalapak hidup. Ekosistem inovasi yang subur akan menjadi wadah tumbuh dan berkembangnya Bukalapak bersama dengan para pelapak. Sebaliknya, ekosistem yang gersang akan mematikan Bukalapak, yang juga akan membawa kematian untuk para pelapak. Wajar sekali Zaky sebagai penyelenggara platform mendorong suatu ekosistem yang sehat karena sejalan dengan tujuan perusahaan. Salah satu pupuk yang baik adalah kegiatan R&D. Anggaran R&D yang memadai mendorong riset yang membuka jalan inovasi teknologi.  Artinya, kesuburan ekosistem karena dukungan inovasi teknologi akan memperbanyak pedagang dan aktivitas perdagangan, yang berdampak positif secara langsung maupun ikutan.