Dewa 19, kaum milenial, dan Gen-Z

Dewa 19 menjadi band yang sangat ideal di mata penggemar musik lintas generasi. 

Adhika Prasetya K

Tak ada yang bisa menyangkal bahwa grup band Dewa 19 adalah ikon musik Pop-Rock Indonesia era 90-an. Bahkan kesuksesan band asal Surabaya itu terus berlanjut hingga awal 2000-an, sampai mereka merilis album ke-8, "Republik Cinta" di 2006. Dewa 19 adalah band yang kenyang dengan award dan penghargaan.

Bahkan secara tidak langsung, Dewa 19 pernah dinobatkan sebagai band terbaik di Asia Tenggara lewat ajang Moon Award, MTV Choice Award 2000, setelah di tahun-tahun sebelumnya, deretan penghargaan nasional pun sudah mereka raih (PWI, BASF Awards, AMI Award, dll).  Julukan "Million Copies Band" pun sudah sering disematkan kepada band yang hanya menyisakan Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan sebagai personel asli band tersebut, karena kerap menjual jutaan keping kaset dan CD lewat album-albumnya. 

Perubahan landscape industri musik

Scene musik dunia pun berubah dalam 5-6 tahun belakangan ini. Tak ada lagi orang membeli CD, apalagi kaset. Label rekaman bertumpu pada platform digital dalam memasarkan produk musik mereka (Spotify, Joox, I-Tunes, dll). Mereka dibayar oleh perusahaan-perusahaan tersebut perunduhan dan perdengar musik, bayarannya sangat kecil, itu pun masih dibagi dua antara label dan artis, namun proses bisnisnya jadi jauh lebih mudah.

Produksi rekaman fisik malah balik ke piringan hitam, sebagai koleksi dan bagian gaya hidup penghobi musik yang berduit. Youtube yang ”gratisan” juga menjadi andalan para penggemar musik yang ingin menikmati musik berkualitas bagus, tanpa membayar.