Kepalsuan demokrasi                                        

Cerita soal kecurangan pemilu memang gurih dan ternyata tak pernah berhenti.

Pemilu curang sebenarnya bukan barang baru. Di masa Romawi Kuno, Julis Caesar menoreh sejarah melakukan kecurangan pemilu untuk menduduki posisi kepala administrasi pemerintah pada tahun ke 60 Sebelum Masehi.  

Konstitusi Republik Romawi pada era itu memang cukup kompleks. Penguasa tidak bisa semena-mena memainkan kekuasaan karena sistem politik menjamin adanya check and balance sehingga penguasa tidak bisa main-main apalagi berkuasa selama-lamanya.  

Untuk mendapatkan posisi itu, Caesar menghitung dengan cerdik bagaimana mengalahkan Marcus Bibilus-lawannya- dengan cara yang tampak konstitusional.  

Mengakali hal ini, Caesar bersekutu secara diam-diam dengan Pompei, politisi dan jenderal militer muda yang mempunyai network cukup luas serta berasal dari keluarga politisi kaya-raya dari provinsi Italia. Persekutuan mereka semakin kokoh ketika Caesar menggandeng Marcus Crassus, pengusaha tuan tanah kaya yang dijadikan mesin uang Caesar untuk membiayai kampanye Caesar.

Persekongkolan mereka kemudian dikenal dengan nama the First Triumvirate. Tak langgeng memang, tapi persekutuan ini nyaris sempurna, yakni gabungan politisi yang haus kekuasaan, militer dan pengusaha tuan tanah yang kaya. Mereka menggunakan segala rupa strategi, manipulasi dan suap untuk mengalahkan Marcus Bibilus sehingga mampu mengantarkan Julis Caesar menduduki posisi tertinggi di Republik Romawi.