Muda adalah kekuatan

Dalam Pilpres 2019, generasi Y adalah pemilih dengan potensi suara yang signifikan.

Debat antar calon wakil presiden yang berlangsung 17 Maret lalu menarik untuk dianalisis. Kiai Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno sama-sama terlihat hendak menyasar kaum pemilih muda.

Muda adalah kekuatan. Istilah itu merupakan kutipan yang dapat menegaskan keunggulan Sandiaga Uno, cawapres 02, dalam debat ketiga pilpres yang diselenggarakan KPU. Dalam kelompok generasi, Sandiaga merepresentasikan generasi X, yang dekat dengan generasi Y (millenials).  Dalam Pilpres 2019, generasi Y adalah pemilih dengan potensi suara yang signifikan.

Kedekatan Sandiaga dengan generasi Y memberikan keunggulan. Profesi Sandiaga sebagai seorang pengusaha yang berkembang di era ekonomi jasa dan perdagangan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang millenials.

Sedangkan Kiai Ma’ruf Amin adalah generasi baby boomers. Kiai Ma’ruf Amin tumbuh di era pertanian dan manufaktur (masa “kejayaan” Orde Baru), di mana profesi sebagai ulama dan politisi memiliki posisi penting. Beliau adalah ulama terpandang dan telah berkarir di dunia politik dari era 70-an. Kiai Ma’ruf telah memasuki dunia politik ketika Sandiaga Uno masih balita. 

Dalam konteks perebutan suara millenials tentu saja jarak generasi tersebut menjadi kelemahan untuk Kiai Ma’ruf. Sebaliknya, kedekatan Sandiaga Uno dengan generasi millienials menjadi kekuatan. Keunggulan yang didapatkan Sandiaga adalah suatu kenyataan alamiah yang tidak membutuhkan evaluasi rumit/berbelit-belit.