Nabi Muhammad: Teladan kebangsaan dan kemanusiaan 

Nabi Muhammad adalah makhluk spritual, sosial, dan politis sekaligus.

Nurochman

Dalam tradisi Islam, tidak ada sosok manusia yang paling berpengaruh selain Nabi Muhammad. Ia adalah pembawa risalah Islam, Rasulullah, sekaligus penutup para nabi (khatamul anbiya’). Ucap dan perilakunya adalah sunah yang menjadi salah satu sumber rujukan hukum Islam setelah Alquran. Membaca riwayat tentang Nabi Muhammad, niscaya kita akan menemukan cerita dari sosok yang multidimensi.

Nabi Muhammad adalah makhluk spritual, sosial, dan politis sekaligus. Darinya, umat muslim dan seluruh manusia di dunia bisa belajar berbagai macam hal. Sebagai figur historis, banyak sejarahwan mencatatnya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam peradaban dunia. Tidak kurang dari Michael H. Hart, sang penulis buku fenomenal berjudul The 100: A Rangking of the Most Influential Persons in History menempatkan Nabi Muhammad di urutan teratas manusia paling berpengaruh sejagad raya. Tidak hanya Heart, intelektual sekaliber Annimarie Schimmel, sampai Philip K Hitti menaruh hormat pada Nabi Muhammad. 

Rasa hormat itu tentu bukan karena alasan teologis sebagaimana sebagian besar umat Islam menghormati Rasulullah. Melainkan karena sepak terjang Nabi Muhammad semasa hidupnya yang mampu mengubah kondisi masyarakat arab dari kondisi keterbelakangan (jahiliah) menuju masyarakat yang berperadaban tinggi (civilized). Selain itu, mereka juga mengakui kualitas pribadi Nabi Muhammad sebagai sosok yang cerdas, moderat dan berintegritas tinggi. 

Annemarie Schimmel misal, dalam bukunya yang berjudul And Muhammad is His Massanger: The Veneration of the Prophet menggambarkan bagaimana Nabi Muhammad adalah sosok teladan bagi nilai-nilai moralitas baik dalam ucapan maupun perbuatan. Meski merupakan pemimpin tertinggi Islam, nabi merupakan sosok egaliter yang berkomitmen penuh pada terciptanya kesetaraan dan keadilan. Komitmennya pada keadilan itu tertuang dalam sabdanya yang berbunyi “sendainya putriku Fatimah melakukan kesalahan, niscaya akan kuberi hukuman yang sama kepadanya”. 

Sementara sejarawan kondang, Philip K Hitti dalam magnum opusnya, History of the Arabs, menuturkan bahwa meski tengah ada di masa kejayaannya sebagai pemimpin Islam, Nabi Muhammad tetap hidup sederhana seperti ketika mengalami masa sulit. Nabi tinggal di rumah dari tanah liat, bahkan menjahit sendiri pakaiannya yang koyak. Namun, di balik kisah hidupnya yang sederhana itu, Nabi Muhammad dalam rentang hidupnya yang singkat berhasil menorehkan capaian luar biasa. Nabi berhasil mempersatukan bangsa Arab dan meletakkan fondasi bagi imperium Islam yang kelak menjadi pusat peradaban dunia.