Semiotika politik Asian Games

Politik merupakan momentum yang sangat kaya atas tanda, simbol dan makna.

dok Dedi Kurnia

Dalam tiap momentum, selalu beriringan antara tanda, simbol dan makna. Memahami tanda, sama halnya dengan memahami kehidupan. Tak salah kiranya pepatah lama mengatakan “janganlah manusia terjatuh dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya”, sebenarnya pepatah ini tak sekedar ungkapan kehati-hatian. Melainkan merupakan serangkaian tanda yang harus dipahami, bahwa menjadi manusia adalah hal lumrah melakukan kesalahan, hanya saja manusia pula berkewajiban belajar, sehingga tidak akan mengulang kesalahan.

Pada politik, konsistensi pentingnya pengetahuan tentang tanda pun tak luntur. Politik merupakan momentum yang sangat kaya atas tanda, simbol dan makna. Politik akan melibatkan banyak hal untuk menjelaskan satu tujuan, tercapainya tujuan memperoleh kekuasaan. Seusai kekuasaan diperoleh, barulah pilihan penggunaan kekuasaan berfungsi, apakah akan menyejahterakan rakyat banyak (res publika), atau hanya alat kesejahteraan kelompok (res privata).

Res publika adalah kekuasaan yang diperoleh dan dijalankan untuk kepentingan bersama, dari sinilah kemudian konsep republik itu hadir. Sementara res privata, adalah konsep yang menggambarkan pemerintahan dijalankan berdasarkan kepentingan elit, kekuasaan diperoleh untuk kepentingan sebagian kelompok.

Berebut Panggung

Indonesia sedang gempita dengan pesta olah raga sejagat Asia, Asian Games 2018. Beragam warna bendera dan kulit, corak bahasa dan wajah, tekstur tubuh dan rona ekspresif, mengumpul padu menebar tanda dan makna, dan semuanya bermuara pada loyalitas atas warnanya masing-masing. Kondisi tersebut, dapat dimaknai sebagai kebanggaan, baik bagi tuan rumah, pun para tamu yang berlaga.