Defisit neraca perdagangan dan struktur ekspor

Tidak memadai jika pemerintah terus saja “menyalahkan” neraca migas dan kadang dinamika global.

Jokowi dalam debat capres meyakinkan bahwa dia telah menekan defisit secara signifikan secara serius. "Tahun 2018 neraca perdagangan kita memang defisit kurang lebih US$8 miliar, tetapi dalam kuartal I-2019, defisit kita turun US$0,67 miliar. Artinya, usaha kita untuk menekan defisit neraca perdagangan bukan main-main," 

Sebelumnya, selama setahun terakhir ini Jokowi sebagai Presiden berulangkali bicara tentang defisit neraca perdagangan. Antara lain: Jokowi Perintahkan ke Menteri, Defisit Neraca Perdagangan Setahun Harus Tuntas (05/09/2018); Neraca Dagang Defisit Lagi, Jokowi Panggil Menteri Ekonomi (17/09/2018); Neraca Dagang RI Masih Tekor, Jokowi: Bodoh Banget Kita (12/3/2019); Kita sudah 20 tahun tidak bisa mengatasi defisit neraca perdagangan dan defisit neraca pembayaran karena ekspor dan investasi. (9/5/2019).

Namun, sebulan setelah debat capres, BPS mengumumkan bahwa defisit neraca perdagangan bulan April 2019 mencapai US$2,50 miliar. Suatu rekor defisit bulanan, dan rekor secara kumulatif bulan Januari hingga April. Ada kemungkinan, pada 2019 akan menciptakan rekor defisit baru lagi. 

Ketika defisit 2018, penjelasan pemerintah umumnya “menyalahkan” peningkatan defisit neraca migas.

Sempat ada wacana untuk sama sekali tidak memberikan subsidi BBM lagi sebagai bagian dari upaya perbaikannya. Cukup beralasan jika melihat defisit neraca perdagangan migas yang terus terjadi sejak 2012.