Cerita dari mereka yang meliput di KPK

Jurnalis digadang-gadang mampu membantu KPK memutus rantai korupsi. Sebanyak 32 jurnalis berbagi pengalaman meliput isu penting ini.

Diskusi dan bedah buku di KPK bersama Ketua KPK, Ketua AJI, dan jurnalis senior Sindo /Alinea

Mulanya adalah pertemuan tak sengaja di bawah tiang bendera, Gedung Merah Putih KPK pada 20 Juni 2017. Sabir Laluhu jurnalis kawakan Sindo, Nanang Farid Syam pengurus Pembinaaan Jaringan Kerjasama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK, dan seorang fotografer merumuskan ide membukukan pengalaman para jurnalis yang malang melintang di KPK. Gayung bersambut, usai ditawarkan pada sejumlah pekerja media, terkumpulah 35 tulisan, dari 32 jurnalis.

Mengambil tajuk ‘Serpihan Kisah Jurnalis Tiang Bendera, buku yang dirilis pada Jumat (9/2) ini menjadi gambaran menarik tentang kisah para pemburu berita di lembaga anti rasuah. “Di tengah gempuran problem korupsi di negara kita, buku ini berhasil mencuri momen untuk berkomunikasi dengan cara unik soal korupsi. Buku ini menjadi relevan, karena publik butuh informasi sekaligus penyadaran,” ungkap Ketua KPK Agus Rahardjo, di Aula Gedung Pertemuan KPK, Jakarta.

Menurutnya, isu korupsi sudah jadi ancaman yang membahayakan untuk segala sektor kehidupan. Ia mencontohkan korupsi kasus E-KTP yang belakangan hangat dibicarakan. “Publik tak menyadari, korupsi dana E-KTP jadi signifikan dampaknya, terhadap kemudahan masyarakat memperoleh kartu identitas tunggal (single identity),” jelasnya. Padahal identitas ini adalah kebutuhan yang sangat penting bagi warga negara.

Contoh lain misalnya, bangkai korupsi yang tercium dari dunia farmasi, di mana dokter mendapat aliran dana Rp800 miliar dari pelaku industri obat. “Masyarakat lagi-lagi tak paham, isu ini sangat krusial untuk diwartakan. Di sini jurnalis punya kewajiban mencerahkan publik, menyadarkan kalau harga obat jadi mahal, bisa karena banyak sebab, barangkali indikasi korupsi,” terangnya.

Pentingnya tugas jurnalis dalam peliputan isu korupsi, disajikan dengan menarik dalam buku bersampul merah tersebut. Sabir yang juga penulis ‘Metamorfosis Sandi Komunikasi Korupsi’ mengaku sangat senang, buku ini hadir di tengah perjuangan menyadarkan bahaya korupsi pada publik. “Setelah pertemuan di bawah tiang bendera, saya menjumpai Kuswandi wartawan Jawapos.com. Cerita Kuswandi pada akhirnya ikut nampang di buku ini, bersama dengan cerita suka duka para jurnalis yang jarang terekspos media,” terangnya.