Faktor budaya pada konstruksi pesan risiko dalam komunikasi krisis oleh Satgas Penanganan Covid-19

Tajuk risetnya 'Faktor Budaya pada Konstruksi Pesan Risiko dalam Komunikasi Krisis oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19'.

ilustrasi. foto Pixabay

Komunikator risiko akan lebih efektif membangun hubungan dan mencapai tujuan pesan, jika memahami faktor budaya yang mempengaruhi latar belakang publik dalam mempersepsi pesan risiko.

Itu kemudian membuat Happy Indah Nurlita Goeritman memfokuskan penelitian akhirnya pada faktor budaya apa yang kemudian mempengaruhi pembentukan pesan. Selain itu dirinya harus mengetahui bagaimana proses pembentukan pesan, dan seperti apa konstruksi psikologis yang kemudian dibangun oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Tajuk risetnya 'Faktor Budaya pada Konstruksi Pesan Risiko dalam Komunikasi Krisis oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19' memiliki objek penelitian berupa pesan risiko dan krisisnya dengan subjek penelitian: Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Menurut Happy, Satgas Penanganan Covid-19 ialah garda terdepan dalam penyampaian informasi selama masa pandemi. "Dulu, Satgas ini namanya Gugus Tugas, tapi kemudian juga menjadi Satgas. Tetapi elemen-elemennya tetap sama, hanya namanya saja berubah," tegasnya dalam serial seminar nasional Departemen Ilmu Komunikasi (Ilkom) Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Jumat (3/6).

Alumnus Ilkom UI, yang juga berprofesi jurnalis itu, membatasi risetnya hanya pada peran dan fungsi Satgas saja sebagai komunikator utama dari informasi risiko dan krisis selama masa pandemi. Dan juga pada pesan-pesan risiko yang dibangun, dibentuk, dan disebarkan oleh Satgas Penanganan Covid-19 dengan metode penelitian kualitatif konstruktivis.