Kendala akses data menyulitkan praktik jurnalisme data di daerah Indonesia

Eko Widianto mengutip hasil laporan penelitian dari AJI yang menjelaskan soal bagaimana akses data terkait dengan jurnalisme data.

Salah satu tampilan website Terakota.id.

Sebuah media online lokal di Malang bernama Terakota.id dibangun oleh para jurnalis di jejaring AJI (Aliansi Jurnalis Independen). Ini murni inisiasi jurnalis AJI. Awalnya, sebenarnya mereka ingin tersegmentasi. Laporan soal seni, budaya, sejarah, dan wisata yang utamanya akan disasar. Lahir Desember 2016, seiring berjalannya waktu, segmen liputan Terakota.id berubah.

"Kami memulai belajar dengan AJI dan beberapa media yang lain. Kita mendapat beragam pelatihan dan kita memulainya setahun setelah itu menerapkan jurnalisme data," kata Eko Widianto, Pemimpin Redaksi Terakota.id.

Tajuk 'Jurnalisme Data di Media Lokal dan Media Alternatif' tersebut dibahas dalam Konferensi Jurnalisme Data dan Komputasi Indonesia (DCJ-CI) 2022, Sabtu (27/7). Tiga pembicara tampil mengisi sesi ini, salah satunya Pemred Terakota.id.

Eko Widianto mengutip hasil laporan penelitian dari AJI yang menjelaskan soal bagaimana akses data terkait dengan jurnalisme data. Opendata memang masih sedikit, tidak banyak portal, walaupun ada satu data tapi data tidak update. Terus kemudian misalnya untuk data lokal di Malang saja orang sangat kesulitan untuk mencari dan menggunakan data terbuka untuk kepentingan jurnalisme data. Misalnya untuk laporan mendalam, apalagi investigative reporting. Jadi, hambatan itu yang mereka alami di daerah.

"Kerja-kerja kolaborasi itu coba juga kami lakukan. Kita berkomunikasi dengan banyak pihak termasuk akademikus dan media-media lokal di Malang," cetusnya.