sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kendala akses data menyulitkan praktik jurnalisme data di daerah Indonesia

Eko Widianto mengutip hasil laporan penelitian dari AJI yang menjelaskan soal bagaimana akses data terkait dengan jurnalisme data.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Rabu, 24 Agst 2022 08:08 WIB
Kendala akses data menyulitkan praktik jurnalisme data di daerah Indonesia

Sebuah media online lokal di Malang bernama Terakota.id dibangun oleh para jurnalis di jejaring AJI (Aliansi Jurnalis Independen). Ini murni inisiasi jurnalis AJI. Awalnya, sebenarnya mereka ingin tersegmentasi. Laporan soal seni, budaya, sejarah, dan wisata yang utamanya akan disasar. Lahir Desember 2016, seiring berjalannya waktu, segmen liputan Terakota.id berubah.

"Kami memulai belajar dengan AJI dan beberapa media yang lain. Kita mendapat beragam pelatihan dan kita memulainya setahun setelah itu menerapkan jurnalisme data," kata Eko Widianto, Pemimpin Redaksi Terakota.id.

Tajuk 'Jurnalisme Data di Media Lokal dan Media Alternatif' tersebut dibahas dalam Konferensi Jurnalisme Data dan Komputasi Indonesia (DCJ-CI) 2022, Sabtu (27/7). Tiga pembicara tampil mengisi sesi ini, salah satunya Pemred Terakota.id.

Eko Widianto mengutip hasil laporan penelitian dari AJI yang menjelaskan soal bagaimana akses data terkait dengan jurnalisme data. Opendata memang masih sedikit, tidak banyak portal, walaupun ada satu data tapi data tidak update. Terus kemudian misalnya untuk data lokal di Malang saja orang sangat kesulitan untuk mencari dan menggunakan data terbuka untuk kepentingan jurnalisme data. Misalnya untuk laporan mendalam, apalagi investigative reporting. Jadi, hambatan itu yang mereka alami di daerah.

"Kerja-kerja kolaborasi itu coba juga kami lakukan. Kita berkomunikasi dengan banyak pihak termasuk akademikus dan media-media lokal di Malang," cetusnya.

Eko kemudian menunjukkan slide. "Ini tim kami, terdiri dari lima orang, dan mereka spesifik karena memang juga bekerja di tempat lain. Seperti saya bekerja di tempat lain, saya di Tempo, Abdul Malik di CNN Indonesia, Zainul di Liputan 6, Muntaha Mansyur lebih ke aktivitas sosial, fotografer Tempo, Aries. Kami akhirnya kemudian menyiasati bagaimana laporan mendalam bisa kami lahirkan," sambungnya.

Menurut Eko, pandemi Covid-19 banyak mempengaruhi ritme kerja dan kemudian bagaimana mereka membatasi aktivitas di lapangan. Dengan segala keterbatasan, awak Terakota.id kemudian mengubah cara, pola tim redaksi untuk melakukan reportase, termasuk bagaimana menghasilkan karya-karya jurnalistik yang tetap berkualitas.

Mereka menggelar sebuah webinar series terdiri lima webinar untuk berdiskusi mengenai perkembangan kota Malang. Titik awalnya, yakni ketika epidemi pes di Malang. Itu ternyata linier sebenarnya dengan pandemi yang terjadi hari ini.

Sponsored

"Ini kemudian yang kita angkat. Ada beberapa tema yang kami angkat, sebelumnya memang kita lakukan riset mengenai latar dan sebagainya terkait dengan sejarah dan perkembangan Kota Malang," ujar Eko.

Dari titik awal tentang pandemi. Kemudian laporan mereka mengulas perkembangan kereta api, perkebunan. Itu menghasilkan kapital yang luar biasa. Kemudian sejarah kota Malang yang lahir di masa kolonialisme.

"Ini ternyata kalau kemudian kita rekam dan kita tambahi reportase di lapangan dan juga sebagian data jurnal buku yang kami hasilkan, kita olah, kemudian kita menghasilkan sebuah buku. Ini sebuah fisik buku copy 'Pagebluk dan Kota'. Ini dihasilkan oleh teman-teman redaksi," ucap Eko seraya menunjukkan sebuah salinan buku.

Jadi, mereka menyediakan selain foto, juga mengambil beberapa foto, ilustrasi, dan juga foto-foto sejarah dari banyak sumber dari luar terutama dari Belanda dan kemudian ada pula QR Code yang bisa dipindai dan kemudian ada video dari diskusi, termasuk dari reportase di lapangan tentang bagaimana perkembangan dan sebagainya.

"Itu kemudian kita juga melakukan kerja-kerja jurnalistik selama pandemi, menampilkan jurnalisme data. Ini memang sebuah tantangan. Data mungkin melimpah, tetapi verifikasi datanya seperti apa? Ternyata kalau kita verifikasi di lapangan 'kan banyak gap antara data yang disediakan oleh pemerintah misalnya dengan data yang dimiliki oleh beberapa lembaga sebagai keseimbangan data itu," ungkapnya.

Eko mencoba melihat bagaimana sebenarnya ketika pandemi kemarin itu banyak tantangan. Biaya besar melimpah, tetapi sebenarnya penanganan perkara kasus Covid-19 itu tidak signifikan. Jadi, dana besar tidak linear dengan penanganan perkara. Masih banyak orang yang terinfeksi, yang kemudian juga banyak yang meninggal.

"Ini laporan seri pertama yang kami susun dengan melibatkan tiga jurnalis," Eko menunjuk slide yang ditampilkannya.

Berikutnya mereka menyajikan sebuah laporan mendalam terdiri empat judul. Berupa liputan berseri mengenai sinyal bahaya penyakit mematikan. Jadi, sebelum kasus Delta merebak, terlihat kecenderungan bagaimana sebenarnya terjadi peningkatan yang luar biasa dari grafik di kota Malang misalnya. Luar biasa signifikan.

"Kita ingin mengingatkan bahwa ini menjadi ancaman yang berpotensi menjadi ancaman kematian dan sebagainya. Tetapi kemudian kalau kita termasuk konfirmasi, verifikasi, dari para pihak juga, kami menemukan beberapa titik buntu misalnya ketika berkaitan dengan birokrasi," keluhnya.

Apa kendala tersebut? Lagi-lagi data yang sulit diakses, termasuk misalnya ketika setelah laporan itu mereka sajikan dan menimbulkan banyak respons. Termasuk juga bagaimana Terakota.id menyajikan, ketika terjadi manipulasi data dari pemerintah Kota Malang dan Surabaya yang disampaikan oleh KawalCOVID19.

"Bagaimana itu terjadi? Itu memang realisasi di lapangan. Kita verifikasi memang terjadi kesenjangan data itu, ada manipulasi data, dan itu kemudian direspons. Banyak LSM yang kemudian mendorong pemerintah lebih terbuka dalam penanganan perkara ini di Kota Malang, sehingga kemudian terlibat banyak private sector dan masyarakat dalam penanganan kasus ini. Jadi kemudian kolaborasi itu bisa tercipta," serunya.

Berita Lainnya
×
tekid