Kepercayaan publik mengoptimalkan fungsi jurnalisme

Ketika disrupsi digital terjadi, diketahui salah satu dampak terbesar adalah pendapatan utama media kemudian beralih

ilustrasi. Istimewa

Banyak pengalaman di negara-negara demokratik membuktikan jurnalisme adalah bagian yang esensial dari demokrasi. Jadi adalah public goods seperti juga layanan-layanan publik yang lain. Seperti air minum, listrik, internet.

Artinya, sebuah produk atau layanan, yang dibutuhkan oleh komunitas atau masyarakat untuk berfungsi. Tapi kunci public goods jurnalisme hanya bisa berfungsi kalau ada public trust, bila masyarakat percaya pada esensi jurnalisme. Itu kerumitan khas dari pers di hari-hari ini.

"Kalau kita berlangganan air atau internet, kita tidak perlu percaya perusahaan atau pada produknya. Tapi kalau jurnalisme, itu hanya bisa menjadi optimal (dan) berfungsi, bila ada public trust terhadap keberadaannya. Itu pentingnya jurnalisme publik. Di situ baru perdebatannya akan menjadi kompleks. Bagaimana kemudian bisnis media, teknologi digital, memungkinkan distribusi jurnalisme untuk kebaikan atau kemashlahatan bagi masyarakat umum?" kata wartawan dan Direktur Utama Tempo.co Wahyu Dhyatmika.

Berbicara pada Sabtu (12/3/2022) dalam kuliah tamu Komunikasi Universitas Airlangga, Wahyu banyak memberi pertanyaan untuk memancing diskusi. Dengan begitu, dia menyingkapkan bahwa pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang esensi jurnalisme itu jadi makin relevan ditanyakan, yang tentunya juga akan bisa didiskusikan.

"Karena selain kita bicara disrupsi digital yang mengubah model bisnis, cara kerja, konsumsi informasi, pandemi Covid-19 membuat akselerasi perubahan itu. Memungkinkan perubahan yang tadinya diproyeksikan akan berlangsung agak lama itu dipaksa lebih cepat. Perubahan-perubahan mendasar itu misalnya dari cara orang membaca," sambungnya.