Konsep slow journalism di habitus jurnalis media daring Indonesia

Secara kontekstual, penelitian ini dilatarbelakangi jurnalisme digital Indonesia saat ini menempatkan kecepatan sebagai faktor utama.

ilustrasi. Istimewa

Ilham Fariq Maulana menjelaskan penelitian tesisnya, yang berjudul Habitus pada Jurnalis Media Daring yang Menggunakan Konsep Jurnalisme Lambat (Studi Kasus Jurnalis Tirto.id dan Katadata.co.id). Dia mengaku tidak membahas mengenai Covid-19 atau pandemi. Namun akan memberikan deskripsi dan gambaran bagaimana konsep jurnalisme lambat (slow journalism) di media daring dan konsep kerja yang bisa diambil oleh para jurnalis media daring.

Secara kontekstual, penelitian ini dilatarbelakangi jurnalisme digital Indonesia saat ini menempatkan kecepatan sebagai faktor utama dalam model bisnis. Tetapi permasalahannya tidak hanya pada seputar distribusi berita yang bisa cepat diterima oleh khalayak, namun juga masalah produksi dan penyuntingan berita yang mengalami hiperakselerasi atau sangat cepat dan menjadi bagian dari kasus ini.

Khalayak Indonesia juga cenderung mulai menganggap bahwa saat ini media daring di Indonesia khususnya menjadi media yang cepat dibandingkan sebagai media yang detail dan mendalam dalam penyajian.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada tahun 2018, Dewan Pers menyebutkan bahwa media daring di Indonesia sudah cenderung tidak lagi mengedukasi masyarakat dan khalayaknya, melainkan menggunakan lalu lintas kunjungan pembaca untuk kebutuhan iklan melalui eksposur berita-berita yang viral.

Kecepatan yang menjadi faktor utama ini bagi media daring adalah ingin memiliki eksklusivitas pemberitaan. Apa yang dimaksud dengan eksklusivitas pemberitaan? Eksklusivitas pemberitaan adalah menjadi yang pertama menyajikan dan menyalurkan berita.