sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Konsep slow journalism di habitus jurnalis media daring Indonesia

Secara kontekstual, penelitian ini dilatarbelakangi jurnalisme digital Indonesia saat ini menempatkan kecepatan sebagai faktor utama.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Selasa, 17 Mei 2022 13:52 WIB
 Konsep slow journalism di habitus jurnalis media daring Indonesia

Ilham Fariq Maulana menjelaskan penelitian tesisnya, yang berjudul Habitus pada Jurnalis Media Daring yang Menggunakan Konsep Jurnalisme Lambat (Studi Kasus Jurnalis Tirto.id dan Katadata.co.id). Dia mengaku tidak membahas mengenai Covid-19 atau pandemi. Namun akan memberikan deskripsi dan gambaran bagaimana konsep jurnalisme lambat (slow journalism) di media daring dan konsep kerja yang bisa diambil oleh para jurnalis media daring.

Secara kontekstual, penelitian ini dilatarbelakangi jurnalisme digital Indonesia saat ini menempatkan kecepatan sebagai faktor utama dalam model bisnis. Tetapi permasalahannya tidak hanya pada seputar distribusi berita yang bisa cepat diterima oleh khalayak, namun juga masalah produksi dan penyuntingan berita yang mengalami hiperakselerasi atau sangat cepat dan menjadi bagian dari kasus ini.

Khalayak Indonesia juga cenderung mulai menganggap bahwa saat ini media daring di Indonesia khususnya menjadi media yang cepat dibandingkan sebagai media yang detail dan mendalam dalam penyajian.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada tahun 2018, Dewan Pers menyebutkan bahwa media daring di Indonesia sudah cenderung tidak lagi mengedukasi masyarakat dan khalayaknya, melainkan menggunakan lalu lintas kunjungan pembaca untuk kebutuhan iklan melalui eksposur berita-berita yang viral.

Kecepatan yang menjadi faktor utama ini bagi media daring adalah ingin memiliki eksklusivitas pemberitaan. Apa yang dimaksud dengan eksklusivitas pemberitaan? Eksklusivitas pemberitaan adalah menjadi yang pertama menyajikan dan menyalurkan berita.

Apabila kecepatan yang justru lebih banyak diutamakan, khususnya pada fase produksi berita, ini akan berpotensi menghasilkan efek jurnalistik. Keterkaitannya dengan pelaporan berita selama masa pandemi Covid-19 media daring tidak bisa hanya menyampaikan potongan-potongan berita saja, tetapi harus secara kontekstual, mendalam, dan juga lengkap.

Pasalnya, informasi kesehatan itu yang akurat akan berpengaruh pada pengambilan keputusan kesehatan, dari yang diambil oleh khalayak atau pembaca. Jurnalis media daring juga dengan mudahnya saat ini mengunggah dan menerbitkan langsung berita tanpa perlu melalui proses penyuntingan setelah menulis konten.

"Mereka para jurnalis media daring ini juga mengalami tantangan seperti tekanan untuk menghasilkan berita yang hampir secara real time," kata Ilham. "Sehingga mereka ketika mendapatkan berita-berita yang sudah ada atau yang sudah dikemas, tinggal menulis ulang kembali, mereplikasi kembali, di tempat kerja mereka tanpa melalui konfirmasi ulang atau pengecekan ulang."

Sponsored

Menurut Ilham, jurnalis media daring harusnya mengikuti standar jurnalisme profesional dan juga menaati kode etik jurnalistik. Hal itu berupa laporan pemberitaan yang akurat, yang berimbang, tidak bias, tidak diskriminatif, dan juga tidak berprasangka. Sehingga ada urgensi untuk menyesuaikan kembali makna jurnalisme bagi praktik jurnalisme digital, khususnya di Indonesia.

Ilham berbicara sebagai panelis dalam diskusi jurnalisme di masa pandemi. Diskusi ini pada sesi pertama dari rangkaian seminar nasional yang diselenggarakan Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jumat (13/5).

Berita Lainnya
×
tekid