Media sempat ikut panik saat Covid-19 mulai menyerang Indonesia

Pertama, media sebenarnya sudah memberikan semacam peringatan bahwa mungkin krisis kesehatan akan terjadi di Indonesia.

Ilustrasi: Pentoday

Mengutip hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada tampak beberapa dampak atau kualitas jurnalisme yang dihasilkan oleh para jurnalis dalam kondisi pandemi Covid-19.

Pertama, media sebenarnya sudah memberikan semacam peringatan bahwa mungkin krisis kesehatan akan terjadi di Indonesia. Diketahui virus korona pertama kali terjadi di Wuhan, China. Sejak di Wuhan berbentuk pneumonia misterius itu pun sudah diberitakan sampai di Indonesia. Mungkin juga karena wilayah geografis China dengan Indonesia yang dekat.

"Tapi dinilai bahwa media gagal menggambarkan skala krisis yang akan terjadi di Indonesia. Kemudian media justru terlarut dalam teori-teori konspirasi. Seperti virus Corona itu misalnya adalah senjata biologis dari China dan segala macam. Isu itu sangat sulit sekali diverifikasi saat itu," kata Irwan Nugroho, redaktur pelaksana indepth content Detikcom.

Karena narasumber berita Covid-19 banyak berasal dari pemerintah kemudian seolah-olah media menyuarakan narasi pemerintah di dalam persoalan pandemi. Media juga menyambut hoaks dan misinformasi yang beredar banyak sekali di media sosial. Itu dikapitalisasi bahkan oleh media tanpa ada sikap kritis terhadap informasi yang terkandung di media sosial.

Kemudian media memberitakan datangnya Covid-19 dengan proyeksi ketakutan dan kepanikan secara berlebihan. Mungkin dapat diingat saat pasien pertama dan pasien kedua dulu ditemukan di Depok.