Obituari Aquiles Zonio, Undangan terbaik yang tak sempat ditunaikan

Di Brunei, negara yang dikatakan tidak ada kebebasan pers itu, saya bisa nyaman tidur nyenyak dengan pintu kamar hotel terbuka.

Aquiles Zonio.

"Pacquaio ingin bertemu kalian!" Itulah undangan khusus satu-satunya yang saya sesali karena gagal memenuhinya.

Saat itu, awal November 2014, baru satu jam kami menginjakkan kaki di General Santos (Gensan). Kota terbesar di Pulau Mindanao itu adalah kampung halaman petinju juara dunia yang dijuluki Pac-man. Ia asli berasal dari Filipina selatan, walaupun tidak berdomisili tetap di sana.

Karena bukan hanya petinju, Pacquiao ternyata juga seorang senator berwibawa. Ia lebih sibuk berada di ibukota Manila.

Sementara sebagai fellow untuk Aliansi Pers Asia Tenggara, kami datang berenam ke kampung halamannya. Tiga jurnalis Myanmar, dua Indonesia, dan seorang dari Malaysia.

Kami dijemput di bandara oleh Aquiles Zonio, wartawan lokal AFP kantor berita Prancis. Ia rupanya sekaligus 'tangan kanan' Pac-man. Tak heran, sebab dia mantan petinju, yang lebih senior berkecimpung di olahraga baku pukul itu ketimbang Manny Pacquiao. Sebelum beralih profesi jadi jurnalis kawakan terkenal.