Pentingnya organisasi profesi bagi jurnalis

"Selain bisa menaungi mereka, selanjutnya melindungi, juga bisa membantu mereka untuk mengarahkan bagaimana sih membuat konten yang bagus."

Ilustrasi. Pexels

Pemberitaan tentang kekerasan terhadap anak ataupun perempuan kerap mengandung informasi yang terlalu objektif dan bias. Penulisan detail mulai dari kronologis kejadian, nama korban, wajah korban, hingga alamat korban menjadi salah satu masalah dari media yang harus segera diatasi sebab membuat korban semakin terpojokkan juga memiliki dampak serius lainnya.

Jurnalis senior Harian KOMPAS, Sonya Hellen Sinombor, menyebutkan, kepekaan media terhadap isu kekerasan, terutama kekerasan seksual pada anak, masih kurang. Kerap kali media terjebak dengan euforia pemberitaan, padahal mengetahui kode etik yang berlaku.

“Kita (media) sudah punya concern di sana. Hanya dalam kita membawakan publikasi pemberitaan itu kadang sensitivitas kita, rasa kepekaan kita terhadap situasi anak perlu terus kita asah dan tingkatkan," ujarnya dalam webinar, Minggu (3/10).

“Kita Sering terjebak dengan euforia pemberitaan. Kadang cara pandang dan cara melihat harus betul-betul di sisi anak sehingga publiksi tidak hanya publikasi bombastis," lanjutnya.

Pada kesempatan sama, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya, Eben Haezer, mengakui, sudah banyak media yang mulai memperbaiki cara penulisan pemberitaan tentang kasus tersebut. Namun, isu perlindungan anak dan pengetahuan akan perspektif anak masih lemah bahkan belum benar-benar dikuasai sepenuhnya oleh para wartawan.