Pers bukan hanya menulis berita, Prof. Emil Salim anjurkan jurnalisme berpengetahuan

Mengaitkan antara ekonomi dan lingkungan, selama 17 abad dunia tidak mengalami permasalahan lingkungan.

ilustrasi. Istimewa

Jurnalisme bukan hanya memberitakan, memberi kabar, menulis cerita-cerita. Tetapi, jika mungkin, juga meramalkan perkembangan ke depan.

Mengaitkan antara ekonomi dan lingkungan, selama 17 abad dunia tidak mengalami permasalahan lingkungan. Keadaan dunia berkembang normal. Tiba-tiba pada tahun 1780 terjadilah Revolusi Industri. Maka pertanyaan yang lazimnya diajukan oleh wartawan adalah: "Mengapa tiba-tiba muncul Revolusi Industri? Apa yang mendorongnya? Di mana perkembangan perubahan industri itu berlangsung?"

Wawasan itu diutarakan oleh Prof. Emil Salim. Di soal ekonomi berkelanjutan, ilmuwan kelahiran Lahat, Sumatra Selatan, itu sosok yang tepat. Dia seorang cendekiawan, begawan ekonomi, sekaligus tokoh lingkungan hidup terkemuka. Menteri Lingkungan Hidup pertama di negeri ini, yang sampai sekarang selalu jelas dan tegas ketika berbicara soal keseimbangan ekonomi dan lingkungan. Apa yang pernah beliau ucapkan, "Suatu negara itu jadi maju bukan hanya bertumpu pada aspek ekonomi, perlu ada peningkatan dan penguatan sumber daya manusia dan ekologi secara beriringan."

Nuansa filosofis masih tersirat dalam pandangannya pada acara 'Refleksi Ekonomi dan Lingkungan Melalui Jurnalisme' diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerja sama Traction Energy Asia, Senin (21/2/2022).

Menurut Emil, ilmu pengetahuan berkembang tanpa diketahui. Manusia mula-mula bergantung pada tenaga otot, kemudian tenaga hewan, lalu meledak (booming) ilmu, sains, dan teknologi, hingga lahirlah horsepower oleh steam power (daya kuda melalui tenaga uap). Itu ditimbulkan dari lahirnya ilmu pengetahuan yang mampu mengubah steam (uap) menjadi power (tenaga). Tenaga uap mendorong penggunaan batu bara, sehingga lahirlah revolusi yang didorong angkutan.